Selasa 23 Oct 2018 03:00 WIB

UMM Perkaya Literasi Anak-anak Pondok Sinau

Mobil Kaca datang untuk memperkaya literasi anak-anak.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Dwi Murdaningsih
Mobil Kamis Membaca (Kaca) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali melaksanakan kegiatan literasinya di Pondok Sinau, Desa Mojosari, Kepanjen, Malang.
Foto: dok. Humas UMM
Mobil Kamis Membaca (Kaca) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali melaksanakan kegiatan literasinya di Pondok Sinau, Desa Mojosari, Kepanjen, Malang.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mobil Kamis Membaca (Kaca) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali melaksanakan kegiatan literasinya di Malang Raya, belum lama ini. Kali ini dilakukan di Pondok Sinau, Desa Mojosari, Kepanjen di mana lokasi besutan dosen program studi (prodi) Kesejahteraan Sosial Hutri Agustino ini mempunyai banyak program sosial.

Rutinitas anak-anak di Pondok Sinau sangat beraneka ragam, mulai dari membaca buku hingga mengaji. Mobil Kaca datang untuk memperkaya literasi anak-anak. Selain menyasar anak-anak, pembinaan juga dilakukan ke ibu-ibu rumah tangga, hingga lanjut usia.

Sesi pertama dimulai dengan mendengarkan dongeng yang ternyata menimbulkan antusiasme besar dari anak-anak setempat. Selain dibacakan dongeng, anak-anak diajari permainan tradisional serta disediakan bahan bacaan khusus Suai mereka.

Tak kalah menarik, kegiatan menonton film juga menarik antusiasme anak-anak. Melalui menonton film, anak-anak dapat belajar dari keteladanan Nabi dan Rosul dengan suasana yang menyenangkan.

Minimnya tayangan yang kurang mendidik di televisi, menjadikan Mobil Kaca sebagai alternatif pendidikan melalui tayangan film. "Seandainya saja pondok sinau punya mobil yang seperti ini, pasti anak-anak tambah betah setiap hari main ke sini. Gak pulang-pulang," kata Hutri melalui keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Ahad (21/10).

Untuk sesi permainan tradisional, tim mobil kaca mengenalkan permainan khas daerah Nusa Tenggara Timur (NTT), yakni Rangkuh Alu. Permainan ini berhasil membuat suasana menjadi lebih meriah. Selama ini anak-anak hanya tahu Rangkuh Alu dari pelajaran di sekolah, namun belum pernah langsung memainkannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement