REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku heran masih banyak orang menyebarkan hoax, fitnah, dan kabar bohong. Padahal, kata dia, tak sedikit para pelaku penyebaran fitnah dan hoaks yang dihukum penjara.
Hal ini disampaikannya saat berkunjung ke Pondok Pesantren Bugen Al Itqon di Tlogosari Wetan, Semarang, Sabtu (20/10). "Meskipun sudah satu, dua, tiga orang masuk penjara gara-gara hoaks, fitnah, dan lain-lain, tetapi tidak kapok-kapoknya. Dulu ada obor rakyat masuk penjara. Ada saracen masuk penjara," kata Jokowi dalam sambutannya.
Presiden pun mengaku sering kali menjadi korban fitnah dan hoaks sejak ia mencalonkan diri sebagai calon presiden pada 2014 lalu. Bahkan hingga saat ini pun, isu hoaks itu juga masih disebarkan.
"Sejak 2014, coba anak-anakku lihat Presiden Jokowi itu PKI, coba. PKI itu dibubarkan tahun 65-66, saya lahir tahun 61. Umur saya baru empat tahun, masak, sudah jadi aktivis PKI, masak ada PKI balita," ujar Jokowi.
Curhat Jokowi Soal PKI
Tak hanya tuduhan dirinya sebagai anggota PKI, menurutnya masih banyak pula tuduhan-tuduhan lainnya yang disebar melalui media sosial. Ia pun menyayangkan tak sedikit masyarakat yang mempercayai kabar-kabar bohong tersebut.
"Apakah tidak ada hal yang lebih baik yang bisa kita lakukan selain mengabarkan kabar bohong, hoaks, fitnah, dan lain-lain," kata dia.
Bahkan, presiden juga mengaku heran terdapat gambar dirinya sedang bersama DN Aidit waktu berpidato pada tahun 1955. "Kok, ya, dimirip-miripi. Saya lahir saja belum," kata dia.
Tuduhan dan kabar hoaks tersebut itupun dinilainya sebagai bukti jahatnya politik di Indonesia. "Itulah jahatnya politik, jahatnya fitnah seperti itu, tetapi ada yang percaya. Satu, dua, ada yang percaya, tanya langsung ke saya. Ya saya jelaskan," ujar dia.
Presiden pun mengingatkan agar para santri turut menjaga persatuan dan kerukunan. Sebab, ia menilai hal itu sebagai aset terbesar yang dimiliki bangsa.