Jumat 19 Oct 2018 23:12 WIB

TNI Buka TPA di Lokasi Pengungsian

Proses pemulihan dan rehabilitasi, tidak hanya difokuskan pada aspek fisik semata.

Anak-anak pengungsi bencana bersama relawan sekolah ceria Lazis wahdah Islamiyah.
Foto: dok. Wahdah Islamiyah
Anak-anak pengungsi bencana bersama relawan sekolah ceria Lazis wahdah Islamiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Batalyon Arhanud 16/SBC Divif 3 Kostrad Tentara Nasional Indonesia (TNI) tergabung dalam satuan tugas (Satgas) penanggulangan bencana alam  membuka taman pendidikan  Aquran (TPA) di lokasi pengungsian, Kelurahan Kayumalue, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu, Jumat (19/10). Danyon Arhanud 16/SBC, Letkol Arh Agung Rakhman Wahyudi menjelaskan selama tiga pekan pascabencana, kegiatan lebih difokuskan pada penanganan evakuasi dan penyelamatan serta pemenuhan kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang dan tempat tinggal.

"Seiring dengan kondisi sosial masyarakat yang mulai pulih, saat ini kita bantu pemulihan mental warga. Terutama anak-anak melalui pendekatan spiritual," kata Agung usai pembukaan TPA.

Dia menjelaskan dalam proses pemulihan dan rehabilitasi, tidak hanya difokuskan pada aspek fisik semata. Namun harus diimbangi dengan aspek mental. Sehingga paling efektif melalui penguatan spiritual yang diharapkan menumbuhkan kepercayaan diri untuk bangkit.

"Anak-anak, secara psikologis belum stabil. Jika dibiarkan, trauma mereka akan berkepanjangan, sehingga kita bangun pembelajaran agama di TPA, meski darurat," jelas Agung.

Dia mengatakn, di hari pertama pembukaan TPA diikuti oleh 50 anak. Sedangkan ada dua pengajar dari Yon Arhanud 16/SBC serta dibantu para ibu majelis taklim Kelurahan Kayumalue. "Ini menunjukan, ibu-ibu sudah mulai bangkit untuk bersama-sama membangun Palu sesuai kemampuannya," ujarnya.

Agung menyatakan dalam beberapa waktu ke depan, akan diupayakan berbagai kegiatan bagi anak-anak yang sifatnya lebih mendidik sekaligus meningkatkan kembali kemauan untuk belajar untuk dapat mengembalikan kondisi mental mereka. "Bersama mereka, seperti bersama keluarga sendiri. Anak-anak sangat antusias untuk belajar agama, demikian juga ibu-ibu dari majelis taklim juga begitu perhatian terhadap pembelajaran agama," kata Prada Khairul Anwar, salah seorang pengajar di TPA tersebut.

Hj Fitman Safrudin (45) dari majelis taklim setempat mengaku bersyukur atas inisiatif dibentuknya TPA di lokasi pengungsian. "Pascabencana sampai  sekarang, anak-anak sama sekali tidak ada belajar mengaji. Ini bisa juga untuk menghilangkan trauma mereka," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement