REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kasus jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi, yang diduga tewas di Turki mendapatkan perhatian khusus dari jurnalis-jurnalis di Indonesia. Dalam sebuah aksi solidaritas yang diadakan di depan Kedutaan Besar Arab Saudi pada Jumat (19/10), para wartawan mengatakan kasus Khashoggi bisa saja terjadi di Indonesia.
"Kalau wartawan Indonesia lebih berani menggali korupsi, mungkin bisa bernasib sama, akan banyak wartawan yang mati," ujar Donal Husni dari Wartawan Freelance Indonesia, yang menggagas aksi solidaritas, Jumat (19/10).
Ia menjelaskan, kasus wartawan yang terintimidasi karena bersenggolan dengan penguasa sebenarnya pernah terjadi di Indonesia. Namun, kasus seperti itu hanya mendapatkan pemberitaan yang biasa saja dan bahkan jarang terekspos.
"Kami sebagai jurnalis freelance lebih rentan terhadap intimidasi. Jurnalis yang memiliki kantor tetap saja ... masih terkena intimidasi. Apalagi kami," kata Donal, yang berprofesi sebagai fotografer freelance untuk media luar negeri ini.
Mistei Pembunuhan Jamal Khassogi
Menurutnya, wartawan adalah profesi 'penyambung lidah' antara penguasa dengan rakyat dengan menyajikan fakta berita. Meski demikian, masih banyak wartawan yang kurang diperhatikan dari sisi kesejahteraan.
"Gaji yang kecil membuat wartawan terpaksa menerima uang dari narasumber. Itulah yang membuat pemberitaan menjadi tidak berimbang. Gaji Rp 3 juta, padahal setiap hari harus keluar rumah untuk liputan," ujarnya.
Ia juga berharap profesi wartawan bisa mendapat perlindungan hukum. Dengan demikian wartawan bisa bekerja dengan profesional.
Jamal Khashoggi merupakan wartawan asal Saudi Arabia yang menjadi kolomnis di the Washington Post. Dia diduga dibunuh ketika berada di Konsulat Saudi di Istanbul. Khashoggi sering mengkritik pemerintahan Arab Saudi, terutama soal kebebasan pers.