Kamis 18 Oct 2018 23:00 WIB

Sepanjang Oktober, 3 Kasus Bunuh Diri terjadi di Banyumas

Alasan berbeda-beda, yakni sakit, tanpa pekerjaan, dan istri meninggal dunia.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Ratna Puspita
Bunuh diri (ilustrasi)
Foto: factretriever
Bunuh diri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Kasus bunuh diri di wilayah Kabupaten Banyumas masih terus terjadi. Bahkan sepanjang Oktober 2018 hingga Kamis (18/10) hari ini, terjadi tiga kasus warga mengakhiri hidupnya sendiri.

Kasus ini bunuh diri ini, antara lain dilakukan oleh warga Desa Karanggintung Kecamatan Sumbang Titus Haris Wicaksono (29 tahun) pada Rabu (10/10) dan warga Desa Purwodadi Kecamatan Tambak Slamet al Mansur (54) pada Ahad (14/10). Kemudian, kasus bunuh diri dilakukan oleh warga Desa Kedungpring Kecamatan Kemranjen Sadinem (37), Kamis (18/7).

Dalam kasus terakhir, Sadinem ditemukan dalam kondisi gantung diri oleh kakak korban, Nadir (48), yang hendak berwudhu untuk shalat subuh. “Gantung diri menggunakan kain jarik,” kata Koordinator Tagana Banyumas Adi Chandra.

Dari pemeriksaan petugas medis Puskesmas Kemranjen, tidak ada bekas kekerasan lain pada tubuh korban. Pada tubuh korban hanya ditemukan ciri-ciri orang meninggal akibat gantung diri. “Korban sepertinya mengakhiri hidupnya sendiri karena mengalami sakit menahun,” kata dia.

Dalam kasus bunuh diri yang dilakukan Slamet al Mansur, korban gantung diri saat isterinya sedang bekerja di sawah. Kapolsek Tambak AKP Embar Yuliono mengatakan korban pertama kali ditemukan oleh istrinya, Semi, yang baru pulang dari sawah. 

Tetangga korban, Kholiah, mengaku sebelum gantung diri, sempat melihat korban duduk termenung di belakang rumah. Namun, saat itu dia tidak memiliki dugaan apa pun. 

Kholiah baru tahu korban bunuh diri saat sedang mencuci baju di sumur mendengar jeritan suami korban. “Waktu didekati, ternyata suami korban sudah menggantung diri,” kata kapolsek.

Dia menyebutkan, dari pemeriksaan petugas medis Puskesmas Tambak, korban meninggal akibat gantung diri. “Dari keterangan keluarga korban, sepertinya korban mengakhiri hidupnya karena depresi akibat menganggur,” kata dia.

Kasus bunuh diri yang dilakukan Titus diketahui ketika petugas ronda yang merasa curiga karena lampu penerangan rumah korban dimatikan. Dua petugas ronda, Joko Supriyanto (36) dan Warsun (36), merasa curiga karena sudah dua malam rumah Titus selalu gelap gulita.

Dengan bantuan Ketua RW dan RT setempat, keduanya kemudian mengecek rumah tersebut melalui jendela yang tidak terkunci. Saat itu, mereka melihat Titus sudah tergantung di bawah siku penyangga bak penampung air.

Adi Candra menyebutkan, korban diduga mengakhiri hidupnya karena mengalami depresi setelah isterinya meninggal. “Istrinya meninggal 12 hari sebelumnya karena menderita sakit kanker,” kata dia.

Dia juga menyebutkan, korban meninggalkan seorang anak laki–laki berusia empat tahun berinisial VM. Saat ini, anak korban tinggal bersama dengan neneknya. 

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement