Kamis 18 Oct 2018 15:36 WIB

Hunian Prasejarah di Danau Sentani

Lukisan dinding peninggalan prasejarah di 36 gua di Pulau Kisar, Maluku, juga didata

Rumah-rumah panggung di Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Danau Sentani merupakan danau terluas di Papua dengan luas sekitar 9.360 hektare. (ilustrasi)
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Rumah-rumah panggung di Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Danau Sentani merupakan danau terluas di Papua dengan luas sekitar 9.360 hektare. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah kampung tua di sekitar perairan Kampung Doyo Lama, Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, ditemukan dalam penelitian yang dilakukan Balai Arkeo logi. Salah satu peneliti senior dari Balai Arkeologi Papua Hari Suroto mengatakan, penelitian yang dilakukan di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, itu berhasil mengungkap hunian awal prasejarah di kampung setempat.

"Eksplorasi yang dilakukan di per airan Danau Sentani sekitar Kampung Doyo Lama, berhasil ditemukan bekas-bekas tiang rumah di dalam air," kata dia di Jayapura, Rabu (17/10).

Menurut alumnus Universitas Uda yana Bali itu, tiang-tiang rumah itu terbuat dari batang pohon soang. Batang kayu jenis pohon ini mampu bertahan ratusan tahun, sehingga secara tradisional oleh masyarakat Sentani dijadikan sebagai tiang rumah.

"Oleh masyarakat Doyo Lama, tempat ditemukannya bekas-bekas tiang rumah ini disebut dengan Ayauge. Dulu, manusia yang bermu kim di Ayauge tinggal di rumah panggung di atas air," kata dia.

Ayauge pada masa lalu, lanjut Hari, dipilih oleh nenek moyang masyarakat Doyo Lama ketika mereka berpindah dari Pulau Kwadeware, sebuah pulau di tengah Danau Sentani bagian barat. Eksplorasi di Ayauge hanya menemukan bekas-bekas tiang rumah, tetapi artefak lainnya belum ditemukan. Hal ini, kata dia, karena terbatasnya alat menyelam.

Selain itu, Hari mengatakan, Balai Arkeologi Papua juga melakukan survei permukaan tanah di Situs Megalitik Tutari Doyo Lama yang tak jauh dari lokasi ditemukan tiang-tiang rumah dalam Danau Sentani. Dalam eksplorasi ini ditemukan pecahan-pecahan gerabah. Balai Arkeologi Papua juga melakukan ekskavasi di Situs Megalitik Tutari di lokasi ditemukannya pecahan gerabah.

"Dalam ekskavasi ini, hanya ditemukan artefak gerabah, tidak ditemukan artefak lainnya dan ternyata artefak gerabah hanya ditemukan di tanah lapisan atas, diperkirakan Situs Megalitik Tutari bukan merupakan situs hunian prasejarah, tetapi merupakan situs yang berkaitan dengan religi," ujar dia.

Pecahan-pacahan gerabah yang ditemukan di situs Megalitik Tutari berdinding tebal diperkirakan pada masa prasejarah berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan air. "Pecahan gerabah itu sedang dianalisis di laboratorium untuk mengetahui asal usul dari mana keberadaannya," kata dia.

Terpisah, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Maluku Utara akan mendata lukisan-lukisan dinding peninggalan prasejarah di 36 gua yang tersebar di Pulau Kisar, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Kepala BPCB Maluku Utara Muhammad Husni mengatakan, pendataan dilakukan untuk mengetahui kondisi dan potensi cagar budaya lukisan dinding prasejarah yang ada, sehingga bisa dilakukan tindakan perlindungan terhadapnya.

Sedikitnya, ada 36 lukisan prasejarah yang tersebar di 36 gua yang akan didata. Lukisan-lukisan tersebut ditemukan oleh tim arkeolog gabungan dari Universitas Gadjah Mada, Australian National University, dan Balai Arkeologi Maluku dalam survei yang dilakukan di 86 gua pada kurun sekitar tiga tahun lalu.

Dari 36 lukisan dinding prasejarah yang teridentifikasi, lukisan yang tersebar di Gua Jawalang, Intutun, Here Sorot Entapa, dan Gua Lene Hena telah diteliti lebih lanjut oleh arkeolog. "Pendataan ini untuk menyediakan data awal dari kondisi cagar budaya dan lingkungannya sebagai bahan kajian dan penilaian bagi landasan pelestariannya, baik secara kuratif maupun prefentif," ujar dia.

Kisar, kata Husni, merupakan salah satu wilayah Wallacea bagian tenggara yang menunjukkan adanya potensi geologi dan arkeologi yang cukup menarik untuk diteliti. Gua-gua di Kisar yang telah diteliti memiliki temuan lukisan dinding dan cap tangan tersebar di seluruh penjuru pulau dan menunjukkan konsentrasi terpadat di bagian timur dan barat daya. Lukisan-lukisannya pun memiliki motif yang bervariasi, yakni antropomorfik, motif binatang, geometris, perahu, dan motif abstrak.

Lukisan dengan motif binatang yang ditemukan umumnya adalah gambar ikan, kadal, dan hewan semacam ular. Sedangkan, lukisan-lukisan geometris hanya berupa garis, lingkaran, persegi, dan segitiga. Lukisan bermotif antropomorfik jauh lebih beragam dengan berbagai ekspresi, seperti menari, memegang senjata, menaiki binatang, dan menabuh alat musik.

"Bagian pesisir pulau mengandung potensi gua-gua hunian yang ditunjukkan dengan adanya temuan lukisan dinding gua dan cap tangan serta beberapa temuan ekofak pada permukaan lantainya," ujar Husni. ¦ antara ed: mas alamil huda

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement