REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebagian anggota DPR menyebutkan adanya kejanggalan dalam insiden peluru nyasar berasal dari Lapangan Tembak Senayan. Polri pun merespons kejanggalan-kejanggalan yang berujung pada dugaan bahwa penembakan gedung DPR adalah suatu kesengajaan.
“Ini perlu adanya Labfor yang kita lakukan ya, jadi Labfor itu yang nanti akan melakukan uji balistik, dimulai dari olah TKP,” ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Kamis (18/10).
Kepolisian meminta seluruh pihak untuk menunggu dahulu penyidik Labfor yang memang ahli dalam pengujian balistik. Selain itu, olah TKP juga sedang dilakukan dengan profesional.
“Kita tunggu saja hasilnya seperti apa,” kata Argo.
Meski sudah menetapkan dua tersangka, kepolisian juga akan tetap memeriksa semua pihak yang berkaitan, termasuk pihak dari Lapangan Tembak Senayan. Selain itu, pegawai Lapangan Tembak Senayan yang mendampingi dua tersangka saat berlatih, dan yang menyiapkan peralatan tembaknya, juga akan diperiksa oleh kepolisian.
Kemudian terkait pemilik senjata yang meminjamkan senjata kepada dua tersangka yakni AG, kepolisian mengatakan juga belum memeriksanya. “Belum, nanti kita cek. Nanti kalau sudah ada diperiksa, akan saya sampaikan,” jelas Argo.
Sebelumnya, peristiwa peluru nyasar terjadi pada Senin (15/10) di Gedung DPR RI pukul 14.30 WIB. Tembakan tersebut kemudian bersarang di lantai 13 di ruang 1313 yang ditempati anggota Komisi III Fraksi Partai Golkar Bambang Heri Purnama dan di lantai 16 di ruang 1601 milik anggota Komisi III DPR Partai Gerindra Wenny Warouw.
Pada Rabu (17/10), bekas dugaan penembakan peluru salah sasaran kembali ditemukan di dua lokasi. Yaitu, di ruangan anggota Fraksi Partai Demokrat Vivi Sumantri Jayabaya yang berada di lantai 10 ruangan 1008 dan anggota Fraksi PAN Totok Daryanto di lantai 20 ruangan 2003, dan Komisi VIII Fraksi Partai Demokrat Khatibul Umam Wiranu lantai 9 ruangan 915.
Polisi telah menetapkan dua orang menjadi tersangka kasus dugaan peluru nyasar ke gedung DPR RI. Dua tersangka itu adalah pegawai negeri sipil (PNS) di sebuah kementerian.
“Tersangka berinisial IAW (32) dan RMY (34),” kata Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Nico Afinta di Mapolda Metro Jaya, Selasa (16/10).
Kemudian pada Kamis (18/10), ditemukan kembali satu lubang bekas tembakan dan satu proyektil di ruangan anggota Komisi I dari Fraksi PDIP Effendi Simbolon, lantai 6 ruangan 617. Sehingga total sudah ada enam lubang tembakan ditemukan dan lima proyektil ditemukan, karena satu proyektil belum ditemukan karena diduga tidak berhasil menembus ruangan di lantai 20.
Wenny Warouw, yang ruangannya ditembus peluru para tersangka, menduga adanya kejanggalan dari peristiwa ini. Ia mengaku telah mengecek langsung ke lokasi Lapangan Tembak Senayan sehari setelah kejadian.
"Dari lapangan tembak reaksi, itu nggak kelihatan sama sekali. Ada tanggul kira-kira dua meter, ada lagi seng baja lima meter, baru ada pohon-pohon, kok peluru bisa tembus?" kata Wenny Warouw, Rabu (17/10).
Kecurigaan Wenny bertambah saat mengetahui pelaku penembakan adalah seorang pegawai negeri sipil (PNS) Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Menurutnya, aneh jika seorang PNS berlatih menembak pada saat jam kerja.
"Kalian sekarang ini pergi dong ke Menteri Perhubungan, tanya itu kok jam kerja latihan nembak? Gitu loh, dan mereka punya sertifikasi Perbakin, kenapa bilang bukan Perbakin?" ujarnya.
Anggota Komisi III tersebut meminta penyidik untuk melakukan uji balistik di lapangan dan tidak dilakukan di ruangan rekonstruksi. Selain itu, ia juga meminta untuk memeriksa para pelaku dari mana keduanya berasal.
Wasekjen Partai Demokrat, Didi Irawadi Syamsuddin, juga memandang ada hal yang tidak masuk akal dari penembakan gedung DPR dengan analisis polisi terkait peluru nyasar dari Lapangan Tembak Senayan. Menurutnya, ada sekitar lima ruangan tempat peluru-peluru tersebut ditembakkan dan bersarang.
Ia bertanya-tanya, apakah masuk akal dikatakan sebagai peluruh nyasar. Dan, apakah mungkin peluru menyasar hingga sejauh 400 meter dari lokasi penembakan.
Persoalannya, menurut Didi, peluru yang nyasar tersebut mengarah ke atas gedung tinggi di lima ruangan di DPR. "Patut kita curiga memang tembakan itu dengan sengaja dan penuh kesadaran telah diarahkan dan dibidik. Kalaupun benar nyasar karena orang latihan menembak, paling beberapa meter nyasarnya," kata Didi.
Sebab, kata Didi, jarak 10 meter peluru salah sasaran dari titik bidikan saja, tentu sudah terlalu jauh melesetnya, apalagi 400 meter. "Sekali lagi masuk akalkah nyasar 400 meter ke banyak tempat ruangan?" katanya heran.
Didi merasa hal itu sangat tidak masuk akal. Namun, yang menurutnya sangat mungkin adalah penembakan tersebut dilakukan dengan kesadaran dan kesengajaan penuh. Menjadi pertanyaan, apakah tindakan itu dilakukan karena iseng atau ada motif tertentu.
Karenanya, ia berharap polisi segera mengusut tuntas dan seret ke meja hijau pelakunya. "Saya tegaskan, saya sepenuhnya menolak teori peluru nyasar, oleh karenanya sekali lagi meminta polisi mengusut tuntas. Bisa itu orang iseng, atau penembakan degnan motif tertentu. Keduanya tetap biadab sebab nyawa yang jadi pertaruhan," ujarnya.