Rabu 17 Oct 2018 20:18 WIB

Jamila Berlari Kencang, Lupa Kondisinya yang Hamil Tua

Jamila terus mengucap syukur bisa melahirkan anaknya itu dalam keadaan selamat.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Andi Nur Aminah
Jamila, salah seorang korban bencana di Palu yang berhasil selamat. Dalam keadaan hamil tua, Jamila berlari dan berusaha menyelamatkan diri saat gempa. Rabu (10/10) lalu, Jamila melahirkan putrinya di Makassar.
Foto: Dok Wahdah Islamiyah
Jamila, salah seorang korban bencana di Palu yang berhasil selamat. Dalam keadaan hamil tua, Jamila berlari dan berusaha menyelamatkan diri saat gempa. Rabu (10/10) lalu, Jamila melahirkan putrinya di Makassar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jamila tak akan pernah melupakan pengalaman mengandung anak ke empatnya. Dalam kondisi hamil tua, Jamila terus berjuang menyelamatkan diri dari reruntuhan bangunan saat gempa berkekuatan 7,4 SR mengguncang Donggala dan sekitarnya beberapa waktu lalu.

Jamila terus mengucap syukur bisa melahirkan anaknya itu dalam keadaan selamat. Seakan tak percaya, atas kuasa Allah SWT dia dan keluarga dapat selamat dari bencana gempa, likuefaksi, dan tsunami di Sulawesi Tengah.

Saat gempa mengguncang, Jamila tengah berbelanja bersama suami dan satu anaknya di swalayan. Sementara kedua anak Jamila lainnya, berada di rumah. Jamila yang berada di dalam swalayan tengah membeli beberapa kebutuhan rumah tangga. Suami dan anaknya menunggu di luar area swalayan.

Saat terjadi goncangan, Jamila bersama pengunjung lainnya berusaha menyelamatkan diri. Ia sempat melihat beberapa pengunjung yang ketakutan saling berpelukan. Memberi semangat dan menguatkan satu sama lain.

Dalam kebingungan, Jamila menyaksikan bagaimana bangunan di atas tanah tiba-tiba ambles. Kemudian tanah naik ke atas. Tak hanya itu, api terlihat dari bawah tanah.

Beruntung, swalayan itu terbuat dari kaca, bukan tembok. Sehingga pengunjung berinisiatif mencari jalan keluar dengan memecah dan menghancurkan kaca. Mereka bersama-sama berhamburan ke luar menyelamatkan diri. Bahkan, Jamila yang hamil tua berlari lebih kencang dari yang lain, termasuk suaminya.

Jamila mengaku tak sadar berlari dalam kondisi hamil tua. Dia hanya mengikuti nalurinya untuk menyelamatkan diri.

Perjuangannya tak sia-sia, Jamila dan keluarganya selamat. Begitu juga kedua anaknya yang berada di rumah diselamatkan salah satu saudaranya. Rumahnya yang berada di Perumnas Baraloa, Palu kini hancur tak bersisa.

Dalam situasi seperti itu, mustahil melahirkan di Palu. Jamila dan keluarga memutuskan menuju Makassar menumpang pesawat Hercules. Awalnya, mereka mengungsi di posko pengungsian Asrama Haji. Namun, karena kondisi tak kondusif, mereka memutuskan pindah ke posko pengungsian Muslimah Wahdah Islamiyah DPC Makassar yang berlokasi di Jalan Abu Bakar Lambogo nomor 111, Kota Makassar.

Pada Rabu (10/10) lalu, Jamila pun melahirkan putrinya di Puskemas Batua, Makassar. Bayi mungil itu diberinya nama Muslimah Wahdah. Dia beralasan ada banyak kenangan di posko pengungsian Muslimah Wahdah sehingga memilih nama itu diabadikan jadi nama anaknya. 

Menurut Ketua Departemen Sosial DPP Wahdah Islamiyah, Herlinda, sejak mendapat informasi ada ribuan korban gempa mengungsi ke Makassar, dia segera membentuk tim relawa Muslimah dan berkoordinasi dengan Cabang Wahdah Makassar. Saat tim melihat Jamila dalam kondisi hamil tua, tim memindahkannya ke tempat yang lebih kondusif untuk melahirkan. "Tim relawan Muslimah Wahdah diberi tugas khusus mengawal ibu Jamila sampai melahirkan. Relawan diatur secara bergiliran melakukan pelayananm," ujarnya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement