REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat dampak kekeringan di daerah itu meluas hingga 14 kecamatan. "Meluasnya dampak kekeringan ini kami akan mempertimbangkan untuk penetapan status tanggap darurat kekeringan di Gunung Kidul," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunung Kidul Edy Basuki di Gunung Kidul, Selasa (16/10).
Ia mengatakan data terakhir per 10 Oktober 2018, kekeringan terjadi di 59 desa di 14 kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul. "Kekeringan semakin meluas ini memang karena musim hujan yang tak kunjung datang sehingga masyarakat saat ini mulai kesulitan air," katanya.
Ia mengatakan bertambahnya jumlah wilayah yang terdampak kekeringan diikuti pula dengan pertambahan jumlah warga terdampak. Sebelumnya kekeringan berdampak pada 96.523 jiwa. Saat ini, kekeringan berdampak pada 116.216 jiwa kemudian meluas menjadi 122.104 jiwa.
"Dengan meluasnya dampak kekeringan ini, pada Jumat (19/10), kami akan melakukan rapat koordinasi untuk membahas apakah status tanggap darurat akan diterapkan," kata dia.
Hingga saat ini, pihaknya masih terus melakukan penyaluran air bersih kepada wilayah yang mengajukan permohonan. Namun demikian, pihaknya mengalami kendala di mana salah satunya akses jalan yang masih belum memadai sehingga pendistribusian air sedikit terlambat. "Kondisi geografis wilayah terdampak kekeringan yang pegunungan dan jalan sempit menghambat distribusi air," katanya.