Ahad 14 Oct 2018 22:49 WIB

Kandidat KSAD, Letjen Armed dan Polisi Militer

Ketika KSAD dipimpin perwira Akmil, hanya Endriartono Sutarto, yang tak jadi Pangdam.

Rep: Selamat Ginting/ Red: Joko Sadewo
TNI AD
Foto: epublika/Aditya Pradana Putra
TNI AD

REPUBLIKA.CO.ID, Empat lulusan Akmil 1985 berhasil menyandang jenderal bintang tiga alias letnan jenderal. Mereka adalah Edy Rahmayadi, Dodik Wijanarko, Doni Monardo, dan Tri Legiono Suko.

Kini, tiga di antaranya masuk radar calon Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Kecuali Edy Rahmayadi yang sudah pensiun dini pada awal 2018 lalu. Ia pensiun dini, karena mengikuti pemilihan kepala daerah Sumatra Utara (Sumut) 2018 lalu.

Kini, Edy sudah dilantik dan menjalankan tugas sebagai Gubernur Sumut.  “Pada akhirnya kita semua pensiun. Saya logis saja pilih pensiun dini dan ingin pulang kampung membangun daerah,” kata Edy, perwira tinggi Korps Infanteri, awal 2018 lalu.

Jika tidak mundur pun Edy akan pensiun pada April 2019. Sebab, usianya sama dengan KSAD Jenderal Mulyono yang akan pensiun Februari 2019 ini.

Tentu sebuah prestasi bagus bagi Akmil 1985, karena empat alumninya menjadi letjen. Bahkan kini Doni Monardo memiliki peluang besar untuk menduduki pos AD-1 daripada Dodik maupun Tri Legiono.

Jabatan linier

Bagaimana peluang Dodik dan Tri Legiono Suko?. Selain empat orang yang menjadi letjen, sebenarnya salah satu //the rising star-nya adalah I Made Agra, lulusan terbaik Akmil 1985. Namun Agra wafat saat menjabat Komandan Pussenif Kodiklatad pada Desember 2013 lalu.

Ada pula Mayjen Agung Risdhianto. Ia menjadi brigjen bersama Doni Monardo, saat menjadi sekretaris Presiden RI pada 2011. Dengan pangkat mayjen, ia menduduki enam jabatan. Mulai dari Dan Seskoad, Wadan Kodiklatad, Dan Pusterad, Pangdam Tanjungpura, Asops Panglima TNI, serta Komandan Kodiklat TNI. Kini Agung terpental, menjadi staf khusus KSAD.

Ada pula Wiyarto. Namun ia pensiun pada November 2017 lalu. Ia pun menduduki sejumlah pos penting, seperti  Aster KSAD, Pangdam Pattimura, dan Aster Panglima TNI.

Edy Rahmayadi yang pertama mendapatkan kepercayaan menjadi letjen, saat menjadi Panglima Kostrad. Yang kedua, Dodik Wijanarko dari Korps Polisi Militer saat menjadi irjen TNI.

Setelah itu Doni Monardo saat dipercaya menjadi Sekjen Wantannas, Maret 2018 lalu. Menyusul kemudian perwira tinggi dari Korps Artileri Medan (Armed), Tri Legiono Suko.

Dodik Wijanarko kini di-staf khusus-kan di Mabes TNI. Namanya mengejutkan ketika tiba-tiba muncul menjadi Irjen TNI. Peristiwa ini terjadi ketika ramai kasus dugan korupsi pengadaan helikopter AW-101.

Bahkan Dokdik sebagai Dan Puspom TNI sudah mengumumkan nama tersangka, termasuk seorang perwira tinggi Angkatan Udara.

Kasus ini kemudian menjadi perseteruan terbuka di media massa, antara mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dengan mantan KSAU Marsekal (Purn) Agus Supriatna. Namun, penyidik KPK kini mengalami hambatan dalam menangani kasus tersebut.

Penempatan tugas Dodik selama menjadi perwira tinggi, linier di lingkungan polisi militer saja. Kecuali saat menjadi Irjen TNI. Ia belum pernah menjadi komandan teritorial. Karena jabatan itu dikhususkan untuk infanteri, zeni, kavaleri, armed, dan arhanud.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement