REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Raja Juli Antoni tak setuju dengan pernyataan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Andi Arief. Menurutnya, strategi yang dilakukan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sudah tepat.
Antoni menilai, Andi Arief terlalu pesimistis bahwa pasangan Prabowo-Sandiaga akan memenang Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2019. "Prabowo, katanya terlihat tidak serius dan malas-malasan. Saya kira Andi salah," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (12/10).
Antoni mengatakan, sebagai politisi senior Pak Prabowo lebih realistis. Ia mengatakan, Prabowo sudah berkali-kali mengikuti Pilpres. Artinya, rakyat telah banyak mengenal sosok Prabowo. "Beliau sudah ikut pilpres berkali-kali jadi beliau sudah bisa membaca tanda-tanda zaman," ucapnya.
Baca juga: Demokrat: Kritikan Andi Arief ke Prabowo Bersifat Personal
Sementara itu, sebagai politikus muda, Sandiaga melakukan strategi yang cerdas. Dengan banyak turun langsung ke berbagai daerah, calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 02 itu ingin sosoknya dikenal publik luas. Antoni menilai, hal itu merupakan investasi politik untuk pribadinya. Hal itu memiliki tujuan panjang, yaitu meningkatkan popularitas untuk Pilpres 2024.
"Pasti Sandi akan menjadi calon presiden paling tinggi popularitasnya untuk menggantikan Pak Jokowi pada pilpres 2024. Sandi punya otak dagang dan realistis, tujuannya jangka panjang, 2024," ujarnya.
Baca juga: Andi Arief Nilai Prabowo Agak Malas, Gerindra: Itu Relatif
Sebelumnya, Andi Arief membuat pernyataan yang membuat ramai warganet melalui akun Twitter pribadinya. Ia menyebut sebagai capres, Prabowo kurang melakukan kampanye ke berbagai daerah.
"Pilpres itu memilih Presiden, jadi kalau Pak Prabowo tidak mau keliling Indonesia aktif, gak ada rumus ajaib untuk menang. Kalau Pak Prabowo agak malas-malasan, kan gak mungkin partai pendukungnya super aktif," kata dia melalui akun Twitter, setelah dikonfirmasi wartawan.
Sebelumnya, Andi juga pernah membuat pernyataan kontroversial jelang pengumuman calon wakil presiden yang akan mendampingi Prabowo. Ia menyebut Prabowo sebagai jenderal kardus karena dinilai memilih Sandiaga Uno karena materi. Namun, ketika hendak dibuktikan, Andi selalu mangkir dari panggilang Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu).