REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fuji Eka Permana
Terdengar suara teriakan meminta tolong saat cahaya lampu senter memasuki reruntuhan Hotel Mercure di Kota Palu pada Jumat (28/9) tengah malam. Puing-puing hotel yang roboh pascagempa bumi dan tsunami saat itu masih bergerak. Namun, dua lelaki berani merangkak di sela-sela reruntuhan.
Martinus Hamaele (55 tahun) dan Rest Hamaele (27) nama dua lelaki tersebut. Ayah dan anak itu sekitar pukul 23.00 WITA atau beberapa jam setelah gempa bumi dan tsunami, datang ke Hotel Mercure dengan tergesa-gesa. Sesampainya di hotel, Martinus dicegah petugas hotel agar tidak mendekati bangunan hotel yang telah roboh.
Namun, dia memaksa tetap masuk ke celah puing-puing reruntuhan. Rasa takut Martinus sirna demi menyelamatkan Meiren di reruntuhan hotel. Meiren adalah putrinya yang baru berusia 20 tahun. Saat itu, Martinus benar-benar tidak mengetahui kondisi putrinya yang terjebak di reruntuhan hotel.
Ketika memasuki celah sempit di antara reruntuhan hotel, Martinus berteriak-teriak memanggil putrinya. Celah yang dilewatinya hanya bisa dilalui dengan cara merangkak karena sempit. Martinus menyadari sangat tidak mudah bergerak di celah sempit tersebut.
"Saya dengan anak saya satu-satunya laki-laki bergegas menelusuri reruntuhan dengan maksud mencari anak sambil teriak-teriak, memanggil nama anak saya itu Meiren," kata Martinus merawikan kepada Republika.co.id di Kantor RRI Kota Palu, Rabu (10/10).
Martinus menyadari sangat tidak mudah bergerak di celah sempit itu. Dia sangat berharap bisa menemukan dan menyelamatkan putrinya dari reruntuhan hotel itu, sehingga rasa takutnya sirna seketika.
Anggota Basarnas melakukan pencarian korban gempa bumi dan tsunami di Hotel Mercure, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (5/10).
Saat berteriak-teriak memanggil nama putrinya, kemudian terdengar suara teriakan orang meminta tolong. Martinus berharap putrinya tegah bersama orang yang meminta tolong itu. Ternyata ada dua karyawan hotel dan dua orang yang sedang magang di hotel terjebak di sana.
Saat mendengar teriakan Martinus, empat orang yang sedang terjebak di reruntuhan hotel itu semakin bersemangat untuk berteriak meminta tolong. "Teriakan kami disertai dengan cahaya senter, membuat mereka lebih semangat berteriak minta tolong, saya imbau mereka jangan gunakan suara nanti kehabisan energi, cukup kamu ketuk sesuatu biar berbunyi," ujarnya.
Sebelum menemukan putrinya yang juga bekerja di hotel, Martinus dan anak lelakinya menolong empat orang yang sedang terjebak itu. Setelah empat orang dikeluarkan Martinus dari puing-puing hotel dengan cara di tarik melewati celah sempit, kemudian petugas hotel membantu mengevakuasinya di luar.
Perasaan cemas dan gelisah masih menghantui Martinus karena putrinya belum ditemukan. Dia langsung memutar ke belakang hotel kemudian mencoba masuk lagi ke puing-puing bangunan melalui celah-celah sempit.
Di sana Martinus bertemu perempuan yang tertimpa tembok beton. Kaki dan dadanya tertimpa puing bangunan yang cukup besar. Martinus tidak sanggup mengangkat puing itu sendirian, beruntung anak lelakinya dapat membantu. Perempuan itu adalah orang kelima yang diselamatkan Martinus malam itu.
"Kalau saya sendiri yang mengangkat tembok itu gak bisa, kami berusaha menolong, kemudian bisa lolos (bisa menolong korban yang tertimpa tembok-red) itu korban yang kelima," terangnya.
Martinus masih berusaha mencari putrinya yang belum ditemukan, sekali lagi menerobos puing-puing hotel yang baru saja diguncang gempa bumi. Keenam kalinya dia menemukan seorang lelaki yang berada di sela sela reruntuhan.