REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, tsunami mencapai titik tertinggi hingga 11,3 meter di Desa Tondo, Palu Timur, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Sementara titik terendah tercatat 2,2 meter di Desa Mapaga, Kabupaten Donggala.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Sutopo menyebut, tsunami dengan titik tertinggi maupun titik terendah menerjang pantai, menghantam permukiman, serta gedung-gedung dan fasilitas umum. Akibatnya, gedung dan rumah-rumah warga rusak dan berbagai fasilitas umum hancur.
Warga memotret Masjid Arkam Bab Al Rahman atau Masjid Apung pascagempa dan tsunami di Kampung Lere, Palu, Sulawesi Tengah, Ahad (7/10).
"Dengan kekuatan cukup besar, tsunami datang dari sekitar Teluk Palu, menerjang pantai dan menghantam permukiman juga bangunan-bangunan lainnya," ujar Sutopo di Graha BNPB, Jakarta Timur, Rabu (10/10).
Tsunami dengan titik tertinggi melanda Kota Palu membuat kota tersebut menjadi daerah terdampak bencana paling parah di Sulteng. BNPB mencatat, korban meninggal dunia di Kota Palu sebanyak 1.636 orang. Dari total 2.045 korban meninggal dunia akibat gempa, tsunami, dan likuifaksi yang terjadi di Sulteng pada 28 September 2018 lalu.
Selain itu, Sutopo menjelaskan, variasi ketinggian tsunami disebabkan topografi masing-masing daerah. Sehingga, tsunami yang menerjang daerah tersebut juga berbeda-beda. "Tsunami sampai ke daratan itu berbeda-beda, tergantung dari topografi daerah. Itulah yang mengakibatkan ada daerah yang sangat parah, ada yang tidak," jelas Sutopo.
Sejumlah umat Islam menunaikan Salat Magrib berjamaah usai berzikir bersama di lokasi terjadinya gempa bumi yang disusul gelombang tsunami di Anjungan Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (5/10).
Ia melaporkan, sampai Rabu (10/10) pukul 13.00, rumah rusak akibat gempa dan tsunami mencapai 67.310 unit. Di antaranya 65.733 unit di Kota Palu, 897 unit di Sigi, dan 680 unit di Donggala. Selain itu, fasilitas tempat ibadah yang terdampak bencana sebanyak 99 unit.
Kemudian, 20 unit fasilitas kesehatan juga terdampak gempa dan tsunami. Terdiri atas satu rumah sakit, 10 puskesmas, empat puskesmas pembantu, dan lima puskesdes. BNPB juga mencatat jalan mengalami kerusakan sebanyak 12 titik di Sulteng.