Rabu 10 Oct 2018 14:22 WIB

Setara Nilai Polisi Sudah Benar Batalkan Acara LGBT di Bali

Setara mengingatkan agar kepolisian tidak mempersekusi atau menangkap kelompok LGBT.

Rep: Bayu Adji Prihammanda/ Red: Ratna Puspita
Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos
Foto: Dokumen Republika
Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos menilai, tindakan aparat kepolisian yang membatalkan acara Grand Final Mister & Miss Gaya Dewata di Bali sudah benar. Menurut dia, polisi memang perlu mengantisipasi timbulnya situasi tak kondusif akibat adanya penolakan dari masyarakat setempat.

Ia mengatakan, masyarakat Indonesia sangat kuat dalam keagamaan. Karena itu, adanya kegiatan yang berkaitan dengan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) masih dianggap sebagai masalah yang sensitif.

"Tentu saja, polisi sangat mempertimbangkan hal itu. Jadi, untuk kegiatan LGBT itu memang polisi sangat berhati-hati dan menghindari timbulnya penolakan dari masyarakat yang bisa berakibat gangguan keamanan," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (10/10).

Kendati demikian, Setara berharap polisi kemudian tidak melakukan tindakan lebih dari membatalkan kegiatan. Artinya, kata dia, polisi tidak perlu menangkap atau mempersekusi kelompok LGBT. "Jadi, itu posisi Setara, ya," kata dia.

 

Yang paling penting adalah bagi kita, perlu ada terus-menerus pemahaman, dialog tentang LGBT itu. (Juga) Jangan kemudian mereka dipersekusi, ditindas, atau dikriminalisasi. Itu yang paling penting - Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos.

 

Bonar mengakui, kegiatan kelompok LGBT saat ini memang salah satu persoalan di kalangan pegiat hak asasi manusia (HAM). Menurut dia, sebagai minoritas, hak-hak kalangan LGBT juga harus dihargai. 

Namun, kelompok itu juga harus menghormati juga hak orang lain, termasuk hak kelompok masyarakat yang menolak. Di sisi lain, ia mendorong perlu ada dialog untuk memberikan pemahaman tentang LGBT. 

“Yang paling penting adalah bagi kita, perlu ada terus-menerus pemahaman, dialog tentang LGBT itu," ujar dia.

Menurut Bonar, penolakan terjadi karena masyarakat Indonesia yang baru mengenal fenomena LGBT belakangan. Ia menilai, masih ada waktu untuk mendiskusikan sehingga ada jalan keluar. 

"Yang jelas, jangan kemudian mereka dipersekusi, ditindas, atau dikriminalisasi. Itu yang paling penting," kata Bonar menegaskan.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement