REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sejak April hingga awal Oktober ini jumlah lahan sawah di Jabar yang terdampak kekeringan mencapai 25.862 hektare. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.000 hektare rusak ringan, 3.254 rusak berat dan 6.449 hektare mengalami puso.
"Memasuki bulan ini jumlah sawah yang terdampak kekeringan mengalami penurunan. Sebab lahan sawah yang sebelumnya kekeringan mulai dipanen karena sudah waktunya," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Jawa Barat, Ir Hendy Jatnika, MM kepada Republika.co.id Senin (8/10).
Hendy mengatakan, meski ribuan hektare sawah mengalami kekeringan namun hal tersebut tak mempengaruhi produksi padi di wilayah Jabar. Sampai saat ini, kata dia, lahan sawah yang masih bertahan di musim kemarau sebanyak 394.237 haktare maaih bertahan. Sedangkan yang terdampak kekeringan hanya sekitar dua persen. "Secara produksi masih aman sampai Desember. Ada dua hektare dengan produksi 11 juta 12 juta ton di wilayah Jabar," ujar dia.
Target produksi padi 12 juta ton di tahun 2018 ini bisa tercapai meski sebagian lahan mengalami kekeringan. Angka tersebut, kata dia, tidak terlalu jauh dengan produksi 2016 yang terdampak kemarau. Saat itu, kata dia, produksi padi di Jabar sebesar 12,5 juta ton. "Panen kemarin bagus. Juli-Agustus bagus. Sekarang relatif selamat dari dampak kemarau," ujar dia.
Dikatakan Hendy, pada musim kemarau seperti sekarang ini serangan hama, khususnya virus da bakteri relatif sedikit dibanding musim hujan. Karena itu, gangguan penyakit di musim kemarau sangat kecil. Kalaupun ada, imbuh dia, serangan hama terbatas pada tikus. "Serangan hama ini paling satu persen dari seluruh areal," kata dia.