Selasa 09 Oct 2018 19:03 WIB

Jawa Tengah Butuh 180 Ribu Relawan Pendamping Ibu Hamil

Semangatnya one student one client agar program tersebut bisa lebih optimal.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat menyampaikan materi pada Seminar Nasional 'Inovasi Generasi Milenial dengan Karya Nyata Menuju Indonesia Emas 2045' di kampus Unissula, Semarang.
Foto: Dokumen.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat menyampaikan materi pada Seminar Nasional 'Inovasi Generasi Milenial dengan Karya Nyata Menuju Indonesia Emas 2045' di kampus Unissula, Semarang.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) dinilai menjadi salah satu kunci keberhasilan untuk menekan Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa Tengah. Guna mengoptimalkan program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5NG), Jateng membutuhkan banyak relawan pendamping ibu hamil berisiko tinggi.

“Paling tidak kita butuh 180 ribu relawan pendamping itu,” kata Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, pada rapat Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Bayi Baru Lahir di Jawa Tengah, di Wisma Perdamaian Semarang, Selasa (9/10).

Menurut Ganjar, salah satu upaya paling efektif dalam penurunan AKI melahirkan di Jateng adalah peningkatan SDM untuk bisa saling mengawal dan mengawasi periode kehamilan. Jateng, menurutnya, sudah punya program 5NG namun sebenarnya masih membutuhkan SDM tersebut.

Semangatnya one student one client agar program tersebut bisa lebih optimal. Karena setiap ibu hamil mendapatkan pendampingan dari relawan. “Kabar baiknya, hingga saat ini, sejumlah lembaga pun sudah menyatakan kesiapannya intuk ikut nyengkuyung kebutuhan relawan pendamping,” jelasnya.

Ganjar juga menegaskan, sebenarnya student yang dimaksud bukan berarti harus mahasiswa, tetapi juga bisa kelompok masyarakat, LSM, pemerhati, komunitas peduli perempuan, atau pihak manapun yang peduli.

Sehingga akan mampu mengakselerasi program 5NG, Pemprov Jateng yang hari ini telah berhasil menurunkan angka kematian ibu sebanyak 14 persen atau 88,58 per 100 ribu kelahiran. Oleh karena itu, Ganjar meminta pada forum tersebut untuk melahirkan reformulasi yang ideal terkait dengan penanganan AKI dan Angka Kematian Bayi (AKB).

Gubernur ingin berbagai masukan apa yang mesti diperbaiki, termasuk kapasitas, infrastruktur, sistem evaluasi dan sebagainya. Karena pemprov akan menghitung, berapa sebenarnya rata-rata orang hamil per tahun di Jawa Tengah.

"Kemudian yang bermasalah ada berapa. Dari data ini selanjutnya akan dicari relawan untuk mendampingi ibu hamil yang bermasalah tersebut," ujar gubernur.

Jika mengacu data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah, pada 2017 jumlah ibu hamil mencaoai 596.349 orang. Di mana sebanyak 20 persen di antaranya merupakan ibu hamil risiko tinggi atau mencapai 124.276 orang.

Makanya kebutuhan relawan tersebut mencapai 180 ribu. Relawan ini diharapkan akan melakukan cek rutin, bagaimana asupan gizinya, kondisi hariannya, diantarkan, dan ditunggu sampai melahirkan.

“Sehingga, kalau terdapat kendala di lapangan atau masalah pada ibu hamil beresiko tinggi akan bisa segera diatasi,” kata dia.

Menanggapi hal ini, salah satu peserta forum dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Udinus, MG Catur Yuantari, menyatakan siap mengerahkan mahasiswa sebagai relawan pendamping.

“Kami siap mengerahkan sedikitnya 200 mahasiswa FKM untuk mendukung one student one client, dalam mendukung program 5NG Pemprov Jateng,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement