Senin 08 Oct 2018 17:11 WIB

Kebakaran Gunung Ciremai Meluas, Api Sambar Kebun Raya

Kebakaran kawasan Gunung Ciremai belum dapat diatasi sepenuhnya.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nur Aini
Api membakar kawasan hutan pinus di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat, Rabu (3/10).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Api membakar kawasan hutan pinus di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat, Rabu (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN – Memasuki hari kesembilan, kebakaran hutan di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) Kabupaten Kuningan sudah menghanguskan lahan seluas kurang lebih 600 hektare, Senin (8/10). Upaya pemadaman dan penyisiran pun terus dilakukan di sejumlah titik lokasi.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, Agus Mauludin, menyebutkan berdasarkan pantauan udara dengan menggunakan pesawat drone, Senin (8/10) pukul 08.00 WIB, titik api dan kepulan asap masih terlihat di tiga titik. Ketiganya yakni di area Karang Dinding berupa titik api, area Cileutik berupa kepulan asap dan area Cibuntu berupa kepulan asap.

Agus mengungkapkan, hingga Senin (8/10) pukul 14.30 WIB, kebakaran belum sepenuhnya dapat diatasi. Upaya pemadaman dan penyisiran pun terus dilakukan.

‘’Kebakaran juga meluas ke Kebun Raya Kuningan (KRK). Di kawasan itu, lahan yang sudah terbakar diperkirakan seluas 19 hektare, ‘’ kata Agus.

photo
Sejumlah petugas gabungan berusaha memadamkan api yang membakar kawasan hutan di lereng Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat, Rabu (3/10).

Agus menjelaskan, api yang membakar hutan di kawasan TNGC itu diduga berasal dari Blok Erpah, Desa Cibuntu, Kecamatan Pasawahan, Ahad (30/9) pukul 12.00 WIB. Api kemudian dengan cepat merembet ke lokasi lainnya. Lokasi kebakaran terjadi pada ketinggian 300 Mdpl – 1.600 Mdpl. Lokasi tersebut merupakan daerah perbukitan yang didominasi tumbuhan alang-alang dan perdu, dengan kondisi lahan bebatuan.

Sejak kebakaran terjadi, upaya pemadaman terus dilakukan. Selain oleh tim dari BPBD, TNGC dan aparat keamanan, pemadaman juga dibantu oleh masyarakat dan para relawan.

"Kondisi medan yang berbukit dan berbatu, ditambah arah angin yang berubah-ubah, menjadi kendala dalam upaya pemadaman," kata Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement