REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan situasi di Sulawesi Tengah setelah bencana gempa, tsunami dan likuifaksi sudah membaik. Perbaikan situasi tersebut diharap akan memudahkan proses tanggap darurat.
"Tiga hari pertama kemarin situasi kolaps karena tidak ada listrik, bahan bakar minyak dan jaringan seluler sehingga menyulitkan koordinasi dan distribusi bantuan," kata Willem dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (8/10). Willem mengatakan layanan dan dukungan kebutuhan dasar dan permakaman bagi para pengungsi telah dapat terpenuhi, meskipun ada kendala di lokasi-lokasi yang terisolasi.
Untuk mengirimkan kebutuhan dasar dan permakamanan di daerah yang terisolasi, tim satuan tugas gabungan menggunakan 12 helikopter dari berbagai kementerian/lembaga. "Begitu pula dengan layanan kesehatan. Kementerian Kesehatan, TNI dan Polri membantu memberikan layanan kesehatan di beberapa tempat," jelasnya.
Willem mengatakan 14 rumah sakit di Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong telah berfungsi secara penuh. "Untuk rumah sakit yang rusak, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan menyiapkan fasilitas darurat," katanya.
Menurut Willem, selain untuk menyalurkan bantuan kebutuhan dasar dan permakanan, helikopter juga digunakan melakukan evakuasi media melalui udara. "Laporan kemarin, sudah ada jalan yang bisa diakses meskipun masih terbatas untuk mobil kecil," ujarnya.
Willem menjadi salah satu narasumber dalam jumpa pers terkait penanganan gempa,tsunami dan likuifaksi Sulawesi Tengah di Graha BNPB, Jakarta. Selain Willem, narasumber lainnya adalah Ketua Subsatgas Pendampingan Pusat Bencana Sulteng Kemenkopolhukam Achmad Djamaludin, Ketua Subsatgas Luar Negeri Pendampingan Pusat Bencana Sulteng Kemenkopolhukam Yoedhi Swastomo dan Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho.