Senin 08 Oct 2018 06:23 WIB

Perang Dagang AS-Cina dan Pilpres

Indonesia berada di tengah pusaran besar perang dagang AS-Cina.

Adiwarman Karim
Foto:

Soliditas domestik dan kepiawaian menjaga keseimbangan kepentingan AS-Cina oleh pemerintah di negara-negara berkembang menjadi kunci sukses ketahanan nasional suatu negara. Besarnya dana-dana AS dan sekutunya di pasar modal negara-negara berkembang menjadi alat posisi tawar.

Di Indonesia, misalnya, kepemilikan asing dalam surat utang negara hampir mencapai 40 persen. Bila bandul keseimbangan bergerak terlalu jauh ke arah kepentingan Cina, maka dapat saja terjadi capital flight dengan menjual surat utang negara, kemudian menarik dananya dalam bentuk dolar AS keluar. 

Akibatnya, nilai rupiah akan melemah, inflasi naik, likuiditas mengetat. Ekonomi yang melemah akan menurunkan elektabilitas pejawat. Bila pemerintahan baru terpilih dan mengembalikan keseimbangan pengaruh, maka dana akan masuk kembali, rupiah menguat, perekonomian menuju keseimbangan baru.

Sebaliknya, bila bandul keseimbangan bergerak terlalu jauh ke arah kepentingan AS, maka pembangunan infrastruktur yang didanai oleh Cina akan terhenti. Komponen pembiayaan yang bersifat lokal dan yang bersifat talangan oleh BUMN akan terdampak akibat tertundanya penyelesaian proyek yang berarti tertundanya kemampuan pembayaran kembali. 

Dalam jangka pendek tidak ada capital flight, elektabilitas pejawat tinggi. Namun, setelah pemilihan dapat timbul kesulitan menyelesaikan proyek-proyek yang telah dimulai.

Keseimbangan terbaik adalah menggunakan teori optimal portofolio dengan memaksimalkan kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Perlu rumusan yang disepakati agar black market perebutan pengaruh oleh para broker informasi dan modal dapat diminimalkan. 

Untuk itu, kedua pasangan capres-cawapres perlu duduk bersama merumuskannya, sehingga siapa pun yang terpilih, bangsa dan negaralah yang menjadi pemenang sesungguhnya. Sungguh Allah SWT sebaik-baik perencana. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement