Ahad 07 Oct 2018 23:44 WIB

Logistik Akhirnya Sentuh Daerah Terisolasi di Sigi

Daerah terisolasi di Sigi terdapat di empat kecamatan.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Andri Saubani
Umat islam meninggalkan Masjid An-Nur seusai melaksanakan Shalat Jumat di Biromaru, Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (5/10).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Umat islam meninggalkan Masjid An-Nur seusai melaksanakan Shalat Jumat di Biromaru, Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (5/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah akhirnya berhasil mendistribusikan bantuan logistik dan kesehatan di empat kecamatan Kabupaten Sigi yang terisolasi dengan helikopter. "Distribusi logistik untuk empat kecamatan terisolir dengan bentuan TNI melalui dropping dengan helikopter. Terisolir karena akses ke lokasi rusak berat," ungkap Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di gedung GNPB, Ahad (7/10).

Sutopo mengungkapkan sampai H+9 penanganan bencana gempa dan tsunami Sulawesi Tengah (Sulteng), akses wilayah terisolir terus diupayakan bisa dicapai bantuan. Adapun, untuk akses bantuan dari pelabuhan Pantoloan dan Kota Palu sudah berangsur-angsur normal. Sekarang angkutan dioperasikan untuk penumpang maupun penerimaan bahan logistik bantuan.

Menyangkut penanganan kesehatan para korban, Sutopo menjelaskan saat ini, total terdiri dari 146 medis terdiri 1.175 orang personel. Mereka terdiri dari spesialis 121 orang, dokter umum 278 orang, penata anestesi 15 orang, perawat 527 orang, bidan 21 orang, farmasi 15 orang, kesehatan lain 29 orang, umum 169 orang.

Tim kesehatan juga memperhatikan kebutuhan para korban khususnya pengungsi khususnya bayi, anak dan ibu hamil. Bantuan makanan tambahan untuk Balita telah disalurkan sebanyak 295 karton dan MT Ibu hamil dari Posko Pusat sebanyak 595 karton.

"Saya mengimbau kepada masyarakat dan swasta agar jangan memberikan bantuan korban bencana berupa susu bayi, karena susu itu memerlukan penanganan dan perlu persiapan yang ketat," jelas Sutopo.

Menurutnya, larangan memberikan susu bayi mengingat di pengungsian air bersih terbatas, alat menstrerilkan juga terbatas. Apabila botol susu tidak steril ini dapat berpotensi diare, dan dehidrasi.

"Sudah ada kebijakan bersama Kemenkes dan Unicef, mengimbau agar tidak memberikan bantuan susu bayi karena perlu penanganan untuk pembuatan susu harus steril," imbuhnya.

Untuk pelayanan persalinan, layanan masih dilakukan di beberapa Puskesmas seperti PKM Nokilalaki, PKM Palolo dan rujukan persalinan ke RS Torabelo. Rumah Sakit terapung dari TNI AL, KRI dr Suharso juga sudah melakukan penanganan medis dan sejumlah operasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement