Ahad 07 Oct 2018 18:53 WIB

BNPB: Butuh Eskavator Amfibi Buat Evakuasi Korban Likuifaksi

Lumpur di Jono Oge masih basah sehingga butuh eskavator amfibi.

Alat berat mencari korban yang tertimbun lumpur akibat pencairan (likuifaksi) tanah yang terjadi di Desa Jono Oge, Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Alat berat mencari korban yang tertimbun lumpur akibat pencairan (likuifaksi) tanah yang terjadi di Desa Jono Oge, Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, perlu enam eskavator amfibi untuk mengevakuasi korban yang tertimbun lumpur dari proses likuifaksi akibat gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, untuk di wilayah yang mengalami likuifaksi, yaitu di Jono Oge di Kabupaten Sigi ini memerlukan eskavator amfibi karena lumpurnya masih basah. 

"Masih belum kering semuanya sehingga harus menggunakan eskavator amfibi sebanyak enam unit. Kalau tidak, akan kesulitan," kata dalam konferensi pers "Update Tanggap Bencana Sulawesi Tengah" di Kantor BNPB, Jakarta, Ahad (7/10).

photo
Warga mengamati permukiman yang hilang di Desa Jono Oge, Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10).

Sutopo menuturkan, diperkirakan ada 366 unit bangunan rusak di Jono Oge, dan area yang terdampak oleh likuifaksi atau tertutup lumpur di daerah itu mencapai 202 hektar.

"Oleh karena itu, tim SAR (pencarian dan penyelamatan) memerlukan enam unit eskavator amfibi," tuturnya.

Baca juga, Syahadat Terakhir Rika Saat Lumpur Tenggelamkan Petobo.

Dia menuturkan, kondisi lumpur basah menyebabkan sulitnya evakuasi korban di Jono Oge. Sehingga menurut data sementara sampai Minggu (7/10) pukul 13.00 WIB, baru 33 orang yang berhasil ditemukan, yakni 31 selamat dan dua meninggal dunia.

"Kita meminta kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mencari atau menyewa nantinya untuk eskavator amfibi, mungkin sulit mencarinya tapi kita berkejaran dengan waktu untuk penanganan bencana ini," tuturnya.

Secara total, wilayah yang terdampak likuifaksi antara lain Jono Oge, Balaroa dan Petobo. Sutopo menjelaskan likuifaksi adalah fenomena yang terjadi ketika tanah yang jenuh atau agak jenuh kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan, misalnya getaran gempa bumi atau perubahan ketegangan lain secara mendadak, sehingga tanah yang padat berubah menjadi cairan.

Syarat terjadinya likuifaksi adalah lapisan tanah berupa pasir, kerikil, batuan apung dan tidak lengket, bersifat lepas atau gembur. Kemudia kedalaman muka air tanah tergolong dangkal atau kurang dari 10 meter dari permukaan tanah. Selain itu juga goncangan gempa bumi lebih dari 6 skala richter serta durasi goncangan gempabumi lebih dari satu menit dan percepatan gempa bumi lebih dari 0,1 g.

Berdasarkan data sementara, sebanyak 51 alat berat dikerahkan untuk membantu dalam penanganan evakuasi korban dan pembersihan puing - puing bangunan dan longsor. Sementara itu, bantuan alat berat lain masih dalam perjalanan yang didatangkan dari Balikpapan, Makassar, Poso, Jakarta dan daerah lain.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement