REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Dwi Yuda Bofe nampak sibuk menempel kertas yang bertuliskan informasi anak hilang di dinding pinggir jalan pintu masuk Bandara Mutiara Sis Al Jufri, Kota Palu, Sabtu (6/10). Sedangkan sang istri, Astia, duduk lemas di samping sepeda motor yang diparkir di pinggir jalan.
Saat tim Republika.co.id menghampiri, di kertas itu tertulis informasi anak hilang bernama Ikhwalnul Yusuf Note berusia satu tahun empat bulan karena gempa dan tsunami. Dwi bercerita, ia dengan istri dan anaknya terpisah saat gelombang tsunami menyapu Teluk Palu. Saat tsunami datang, ketiganya tengah berada di festival Palu Namoni di Pantai Talise, Palu, Jumat (28/9), pekan lalu.
"Kami terpisah, saya dan istri serta anak saya pisah. Saya dan istri kena air, tapi kami berhasil keluar. Tapi anak saya tidak ada," ujar warga Pengawu, Kota Palu ini.
Astia, sang istri pun ikut menyahut, ia yakin bahwa anaknya saat ini hanya hilang, namun masih hidup. Ia beralasan, terlebih dahulu menyelamatkan anaknya dengan menitipkan ke orang lain saat tsunami datang.
"Saat orang bilang air-air datang, saya larikan anak saya. Saya titipkan ke orang naik motor biar dia selamat, lalu saya kena air tsunami," ujar Astia.
Karenanya, ia yakin anaknya yang ditolong orang tersebut pun ikut selamat, seperti ia dan suaminya yang lolos dari gelombang tsunami.
"Saya yakin dia selamat, tapi dia belum bisa bicara, bagaimana orang tahu siapa ayahnya," ujarnya.
Astia pun mengungkapkan telah mencari putranya tersebut sejunlah rumah sakit dan titik titik pengungsi di Kota Palu. Ia berharap masyarakat yang membaca dan mengenali wajah putranya tersebut agar bisa menghubunginya.