Sabtu 06 Oct 2018 22:49 WIB

Bantuan Finansial Asing Capai Rp 220 Miliar

Separuh dana bantuan telah disalurkan ke Sulawesi Tengah.

Rep: Rizkyan adiyudha/ Red: Friska Yolanda
bantuan asing di Palu
Foto: Republika
bantuan asing di Palu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia membuka bantuan asing guna menanggapi darurat bencana tsunami yang terjadi di Sulawesi Tenggara (Sulteng). Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir mengatakan, bantuan asing berupa kiriman logistik dan finansial.

"Ada beberapa negara yang sudah memberilan komitmen dalam bentuk finansial hingga mencalai Rp 220 miliar," kata AM Fachir di Jakarta, Sabtu (6/10).

Fachir mengatakan, dana ratusan miliar itu nantinya akan dipergunakan selama masa tanggap darurat, rehabilitasi hingga rekonstruksi di Sulteng. Meski demikian, dia melanjutkan, belum semua dana yang rencnananya akan diberikan mitra Indonesia itu telah diterima.

"Ini namanya baru komitmen, tapi sekitar separuhnya telah disalurkan ke Sulteng," kata Fachir.

Dia mengungkapkan, salah satu negara yang telah menyalurkan bantuan finansial kepada Indonesia adalah Cina. Negara ini telah mengirim dana bantuan ke Palang Merah Indonesia (PMI) sebesar 200 ribu dolar Amerika Serikat (AS). 

Negara lain yang juga bermomitmen untuk memberikan dana adalah Korea Selatan (1 juta dolar AS) Venezuela (10 juta dolar AS) Vietnam dan Laos masing-masing (100 ribu dolar AS) Laos serta Kamboja (200 ribu dolar AS). Sementara Jerman dan Uni Eropa masing-masing berkomitmen memberikan dana sebesar 1,5 juta Euro. Dana bantuan serupa juga diberikan oleh Asutralia sebesar 500 ribu dolar Australia.

Dia menjelaskan penentuan penyaluran dana tersebut sepenuhnya dikoordinasikam di bawah kementerian kordinator politik hukum dan ham (Kemenkopolhukam). Dia melanjutkan, penggunaan dana semasa darurat bencana akan diberikan kepada BNPB.

Fachir menjelaskan, bantuan asing yang masuk ke Indonesia dikelola oleh kementerian luar negeri sebelum diberikan ke posko bencana yang berbasis di Balikpapan dan Makassar. Meski demikian, dia belum bisa memaparkan bantuan berupa barang yang diberikan oleh para mitra negara.

Pemerintah Indonesia sebelumnya membatasi bantuan asing yang akan maduk ke Sulteng. Pemerintah, Fachri mengatakan, memprioritaskan bantuan barang berupa alat transportasi udara, water treatment, genset dan tenda.

"Alat angkutan juga kita kasih spesifikasi yang hanya bisa mendarat di landasan pacu seoanjang 2000 meter seperti herkules," katanya.

Dia mengatakan, ada enam pesawat yang langsung kembali usai mengirimkan bantuan dan ada tujuh pesawat yang masih dipinjamkan dan dioperasikan untuk mentransfer bantuan. Dia melanjutkan, di antara pesawat yang masig menetap adalah milik Korea Selaran, Jepang, Singapura, Malaysia dan Selandia Baru serta sebagian dari India.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement