Sabtu 06 Oct 2018 02:19 WIB

Kementerian PUPR Tambah Tenaga Terampil di NTB

Tenaga terampil untuk pemasangan Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha).

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Friska Yolanda
Wali Kota Mataram Ahyar Abduh secara resmi memulai pembangunan rumah instan sederhana sehat (Risha) dan rumah instan konvensional (Riko) di Lingkungan Pengempel Indah, Kelurahan Bertais, Kecamatan Sandubaya, Mataram, NTB, Rabu (3/10).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Wali Kota Mataram Ahyar Abduh secara resmi memulai pembangunan rumah instan sederhana sehat (Risha) dan rumah instan konvensional (Riko) di Lingkungan Pengempel Indah, Kelurahan Bertais, Kecamatan Sandubaya, Mataram, NTB, Rabu (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) secara bertahap menambah jumlah tenaga terampil. Tenaga terampil tersebut untuk pembuatan panel beton dan pemasangan Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) melalui pelatihan dan sertifikasi.

Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin mengatakan, kebutuhan yang besar dan dalam waktu cepat untuk membangun kembali rumah yang rusak akibat gempa bumi di Nusa Tenggara Barat (NTB) membutuhkan banyak tenaga terampil. Sebagai negara rawan bencana termasuk gempa, pembangunan rumah tahan gempa tidak hanya untuk masa sekarang namun juga masa depan. 

"Kalau hanya untuk masa sekarang, rumah yang dibangun cenderung seperti rumah yang dulu. Tidak ada upaya pencegahan apabila terjadi gempa kembali. Pelatihan ini merupakan keseriusan Pemerintah untuk membangun kembali NTB," kata Syarif.

Sesuai Instruksi Presiden (Inpres)  Nomor 5 tahun 2018 tentang Percepatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana Gempa Bumi di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur, Kota Mataram dan wilayah lain yang juga terdampak di NTB, dimana rehab rekon rumah ditargetkan selesai dalam enam bulan sejak 1 September 2018. Pelatihan dan Sertifikasi Tenaga Terampil dalam pembangunan rumah tahan gempa pun dilakukan. Kegiatan ini merupakan sinergitas baik pelaksanaan maupun pembiayaan antara Ditjen Bina Konstruksi melalui Balai Pelatihan Jasa Konstruksi Wilayah IV Surabaya dengan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) sehingga para peserta mendapat pelatihan secara gratis.

Syarif mengatakan, dari data sementara, jumlah penduduk NTB yang berminat membangun Risha sebanyak 1.800 orang dari total rumah yang rusak sebanyak 83.800 unit. Pelatihan yang berlangsung tiga hari tersebut diikuti 560 peserta yang terbagi menjadi dua kategori yakni kategori Produksi untuk pekerja di bidang pembesian, pembetonan dan kategori Pemasangan (Instalasi) untuk para instaler Risha. Peserta berasal dari Kota Mataram, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur dan Lombok Barat. 

Sebelumnya juga telah dilakukan pelatihan serupa bagi 59 orang dan pelatihan trainer of trainer sebanyak 70 orang. Pelatihan akan dilanjutkan di Kabupaten Sumbawa Barat pada 4-6 Oktober 2018 bagi 50 peserta. 

Peserta pelatihan di antaranya berprofesi sebagai tukang bangunan, petani dan masyarakat umum. Selain memperoleh keterampilan untuk membangun kembali rumahnya sendiri, juga membantu memberikan asistensi teknis untuk rumah warga lainnya. Keterampilan ini juga bermanfaat dalam jangka panjang, sebagai sumber mata pencaharian sekaligus  memenuhi kebutuhan pekerja konstruksi dari dalam Provinsi NTB sendiri.

"Pelatihan dan sertifikasi Risha di NTB akan terus dilanjutkan bekerjasama dengan LPJK. Peserta diminta serius mengikuti karena uji kompetensi dilakukan sebelum diberikan sertifikasi. Bagi yang lulus, namanya akan terdaftar dalam database tenaga kerja konstruksi yang menjadi rujukan bagi perusahaan yang membutuhkan," kata Syarif. 

Kementerian PUPR dan LPJK akan melanjutkan pelatihan dan sertifikasi gratis ini bagi 1.500 orang. Pelatihan ini menjadi modal bukan hanya rumah tahan gempa teknologi Risha saja tetetapi juga rumah model konvensional maupun rumah kayu. 

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Arif Sabarudin mengatakan, dalam membangun Risha yang terpenting adalah strukturnya, sementara untuk dinding bisa menggunakan batu bata atau kayu dan atap rangka baja ringan termasuk menggunakan material dari rumah yang rusak sebelumnya. 

Rumah tahan gempa teknologi Risha merupakan rumah sistem modular yang terdiri dari panel-panel beton dengan ukuran standar yang dirakit menggunakan baut-mur. "Biaya pembangunan struktur rumah Risha diperkirakan Rp 25-27 juta. Waktu pengerjaannya satu unitnya bila sudah ahli bisa selesai enam jam, namun bila belum selesai dalam dua hari," ujarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement