REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Sebanyak 11 rumah sakit di sejumlah daerah terdampak gempa Sulawesi Tengah sudah beroperasi kembali untuk melaksanakan tindakan medis bagi para korban.
"Sebanyak 11 rumah sakit sudah beroperasi maksimal, yang belum beroperasi satu, Anutapura karena runtuh. Tapi kita bangun tenda di depan dan sementara ini belum bisa melayani tindakan," kata Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto di Palu, Jumat (5/10).
Selain itu, ada pula dua kapal rumah sakit, KRI DR Soeharso dengan kapasitas tujuh kamar operasi dan kapal rumah sakit Ksatria Airlangga dengan dua kamar operasi.
KRI DR Soeharso bersandar di Pelabuhan Pantoloan Palu. Kapal rumah sakit Ksatria Airlangga bersiaga di wilayah pesisir Donggala untuk menangani korban tsunami.
"Saya mendapatkan informasi KRI DR Soeharso sudah melakukan 12 operasi, dikerjakan malam tadi dari sore sampai pukul 02.00 malam baru selesai. Mereka mampu karena ada lima kamar operasinya, dokternya ada tujuh," kata Yurianto.
Sejumlah kasur rumah sakit untuk korban bencana alam gempa bumi dan tsunami berada diluar ruangan RSUD Undata, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10).
Puskesmas yang berada di wilayah terdampak gempa juga satu per satu mulai diberdayakan kembali karena bangunan dan sarananya tidak mengalami kerusakan. "Kita memiliki puskesmas cukup banyak di Sigi ada 19, di Donggala 18, di Palu ada 13. Kita melihat banyak sekali yang tidak berfungsi," kata dia.
Tidak berfungsinya puskesmas tersebut karena tidak ada tenaga kesehatan yang siaga untuk melayani masyarakat karena petugasnya turut menjadi korban dan ikut mengungsi. Yurianto mengatakan saat ini relawan tim medis yang sudah datang 855 orang yang terdiri atas dokter spesialis, dokter umum, perawat, dan tenaga medis lainnya.
Dia menjabarkan fokus tim kesehatan dalam dua pekan pascabencana masih berupaya penyelamatan nyawa dan upaya pencegahan agar tidak terjadi kecacatan. Target dua pekan ke depan ialah pemulihan darurat di mana fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan lokal mulai bekerja kembali dengan baik.
"Tetapi tetap kita perkuat, kita tidak bisa melepaskan. Lombok sendiri sampai dengan saat ini belum bisa kita lepaskan, masih membutuhkan waktu cukup lama," kata Yurianto.