Kamis 04 Oct 2018 23:41 WIB

Banyak Korban di Sigi dan Donggala Belum Tersentuh Bantuan

Tim Republika berkesempatan meninjau desa di daerah Pelabuhan Wani, Donggala.

Sejumlah pengungsi korban bencana alam gempa bumi dan tsunami saat beraktivitas di Posko Pengungsian Rumah Dinas Gubernur, Palu, Sulawesi Selatan, Rabu (3/10).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah pengungsi korban bencana alam gempa bumi dan tsunami saat beraktivitas di Posko Pengungsian Rumah Dinas Gubernur, Palu, Sulawesi Selatan, Rabu (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, Laporan wartawan Republika, Fauziah Mursid dari Palu

Daerah di Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala sama-sama wilayah parah terdampak gempa bumi berkekuatan 7,4 skala richter yang menimpa Palu-Donggala, Jumat (28/9) pekan lalu. Namun, dua wilayah yang terdampak tersebut belum sepenuhnya tersentuh bantuan dari pemerintah.

Para pengungsi yang rumahnya rusak parah karena gempa maupun tsunami mengaku hanya mengandalkan bahan makanan yang masih tersisa maupun bantuan dari kerabat. Seperti para pengungsi di Kampung Wani II, Tanatopea, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, yang  perkampungannya tersapu gelombang tsunami karena berada tepat di pesisir pantai Teluk Palu. Para warga hingga ini belum juga mendapatkan bantuan memadai.

Saat tim Republika berkesempatan meninjau desa di daerah Pelabuhan Wani, Donggala, banyak masyarakat berbondong-bondong ke pelabuhan tersebut. Mereka menunggu kapal-kapal kecil yang membawa bantuan dari wilayah luar ke daerah tersebut. Alasannya, bantuan dari Pemerintah masih terpusat di Palu dan belum sampai menjamah daerah tersebut.

"Belum ada, kami di sini ya seandainya, menunggu bantuan pun tidak nampak karena tidak sampai-sampai kesini," kata Donu, salah satu warga desa.

Karena banyaknya warga yang berkumpul di Pelabuhan Wani pun membuat Camat Taweili yang juga sekaligus Pelaksana Tugas Desa Wani II, Darwis turun tangan ke pelabuhan. Ia mengimbau masyarakatnya untuk tenang sembari menunggu bantuan.

"Kalian harus sabar, semua pasti dapat, jangan sampai nanti kalian disebut menjarah-jarah," ujar Darwis kepada para warga yang menunggu kapal datang.

Sebagai informasi, sejumlah kapal dari Kalimantan memang beberapa kali membawa bantuan bahan makanan swadaya kepada kerabatnya di wilayah pinggiran Donggala tersebut. Darwis menyebut, hingga kini ada ribuan warganya yang mengungsi karena gempa dan tsunami di kecamatannya.

"Ribuan yang mengungsi, detailnya, ada di data, tapi saya tidak bawa, tapi kalau jumlah penduduk kami itu 16 ribu, kalau yang meninggal itu puluhan dan sudah kami kuburkan," ungkapnya.

Sepanjang jalan akses Palu menuju Donggala, juga banyak warga yang meminta uluran bantuan di posko-posko pengungsian. Bahkan, selalu sigap jika ada informasi bantuan akan datang ke wilayah tersebut.

Seperti saat ada tiga helikopter yang berputar-putar di atas wilayah Donggala tersebut, para warga langsung berhamburan mendekati lapangan tempat helikopter tersebut mendarat. Sontak, jalanan menuju lapangan tempat helikopter mendarat itu pun dijejali masyarakat yang ingin mendapat bantuan.

Bahkan, ada seorang ibu bernama Khatijah langsung memeluk saya, saat mengetahui kami tim media. Ia berujar, saat ini belum ada bantuan dari Pemerintah ke pengungsi di wilayah Donggala tersebut.

"Mbak kami ini belum dapat bantuan sama sekali, kita ini makan bahan bahan sisa sebelum gempa, kami minta tolong sampaikan, kasian anak-anak kecil dan orang tua," ujar Khatijah.

Ia dan ratusan warga yang berbondong-bondong ke lapangan tersebut menelan kekecewaan, setelah tiga helikopter yang tidak membawa barang bantuan itu tidak jadi mendarat dan kembali mengudara.

"Yah kok tidak jadi, bagaiamana ini," lanjut Khatijah sambil menahan tangisnya.

Begitu halnya di daerah di Kabupaten Sigi, yang hampir semua rumah rusak parah di daerah tersebut. Bahkan satu pemukiman di Desa Jono Oge, Kecamatan Sigibiromaru, Kabupaten Sigi juga tenggelam, dan tergeser hingga dua kilometer.

Ribuan warga yang selamat dari bencana itu pun saat ini bertahan di Posko 4 Desa Lolo, Sigibiro maru tanpa bahan makanan yang memadai. Bahkan listrik mati dan pasokan BBM tidak ada sekali.

"Ini sudah hari keenam, tapi gimana ini Pemerintah tidak ada nampak sama sekali di Sigi, semua di Palu saja," ujar Jamaludin, warga pengungsi.

Bahkan ada warga, Sibali Rejo yang harus mengobati tangannya ke posko di daerah Palu yang terjangkau tim kesehatan. "Tidak ada tim medis disini, saya ke Palu untuk obati ini," kata Sibali sambil memegang tangannya yang dibalut perban.

Kondisi akses jalan di Sigi memang rusak parah dimulai jalan di Desa Lolo hingga di Desa Jono Oge, Sigibiromaru. Kontur jalanan yang semula mulus tersebut rusak, pecah dan bergelombang naik turun, dan terputus karena jalanan tenggelam dan bergeser sepanjang dua kilometer. Lokasi tersebut sempat dikunjungi oleh Joko Widodo berserta rombongan saat kunjungan kedua di Sulawesi Tengah, Rabu (3/10) kemarin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement