Kamis 04 Oct 2018 21:35 WIB

Aktivitas Ekonomi di Palu Mulai Hidup

Pasar Inpres Manonda mulai diisi oleh beberapa pedagang yang jual-beli.

Red: Nur Aini
Sejumlah warga berjalan didekat bangunan yang runtuh di Pelabuhan Wani, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah warga berjalan didekat bangunan yang runtuh di Pelabuhan Wani, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Perekonomian di Palu setelah bencana alam gempa dan tsunami di kota ini yang mencapai ke Donggala pada 28 September 2018 lalu, kini mulai hidup.

Dari pantauan di Pasar Inpres Manonda, Palu, Kamis (4/10), ada beberapa pedagang sudah memulai aktivitas jual belinya dengan beberapa petugas keamanan dari unsur TNI hilir mudik menjaga keamanan. Seorang pedagang kebutuhan pokok sehari-hari, Robi (52 tahun), memulai aktivitas jual beli sejak tiga hari setelah gempa besar dan tsunami menghantam Palu.

"Saya mulai buka tiga hari habis gempa, karena saya merasa kasihan banyak orang yang butuh bahan seperti ini, jadi cepat-cepat saya buka," kata Robi.

Kendati sudah membuka dan beraktivitas jual beli, Robi menyebut ada kenaikan harga yang cukup signifikan karena faktor ketersediaan barang.

"Harga saat ini ada kenaikan misal berharga Rp 17 ribu naik hingga Rp 20 ribu, lalu yang harga Rp 50 ribu naik hingga Rp 55 ribu karena stok barang nggak ada," ujar Robi.

Robi menyebut barang-barang sembilan bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat saat ini adalah minyak, gula, kopi, terigu, beras, kecap, dan air bersih. Untuk pengadaan barang, Robi mengatakan sebelum terjadinya gempa dan tsunami, dia mengambil dari distributor dan saat ini dirinya mengalami kesulitan untuk pengadaan barang.

"Saat ini tinggal menghabiskan barang dan kalau ada teman yang mau dioper barangnya, saya jualan lagi," kata dia.

Akibat kebutuhan yang meningkat karena bencana alam yang menimpa hampir sebagian besar Sulawesi Tengah, ada masyarakat yang terdorong untuk menjual barang kebutuhan masyarakat.

"Nanti setelah tidak ada gempa-gempa saya jual sayur kangkung dan bayam dengan keadaan sekarang," kata Tahir (53 tahun) yang merupakan juru parkir di Pasar Inpres Manonda.

Untuk pengadaan barang dagangannya, Tahir mengatakan dirinya langsung mendatangi petani yang masih aktif di wilayah Sungai Manonda. "Saya minta mereka siap, kalau takut mengenai harga, saya bilang akan memberi lebih harganya. Untuk saat ini saya beli di petani seharga Rp 3.500 dan jual Rp 7.000 hingga Rp 8.000 per ikat," kata Tahir.

Sebelumnya, pada Jumat (28/9), terjadi gempa begitu besar yang mengguncang wilayah Palu dengan kekuatan 7,4 magnitudo yang disusul dengan terjangan gelombang tsunami di sepanjang garis pantai Donggala hingga kota Palu dan menyebabkan ribuan orang menjadi korban.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement