REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Warga Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, mengalami trauma yang sangat berat pascagempa disertai lumpur yang menghantam permukiman mereka.
Pantauan Antara di Petobo, sejak Kamis pagi (4/10), warga belum dapat melakukan rutinitas seperti biasa. Warga masih berada di tenda-tenda pengungsian, di bawah pohon kakao tanpa banyak aktivitas.
Di lokasi pengungsian mereka berupaya mencari keluarga dengan cara saling bertanya mengenai kabar keluarga mereka, kepada orang yang mengenal keluarga mereka. Selain bertanya, mereka juga saling bercerita peristiwa yang mereka alami pada Jumat petang itu.
Mereka bercerita tentang guncangan, tanah bergeser, tanah patah kemudian berlubang, serta bangunan rumah roboh saat di guncang gempa berkekuatan 7,4 Skala Richter (SR). Mereka juga mengisahkan peristiwa lumpur yang menerjang permukiman warga.
Peristiwa itu seakan tertancap dalam benak ingatan warga Petobo yang saat ini tengah berada di lokasi pengungsian. "Lokasi di sana sudah tidak layak untuk dibangun rumah," ucap Deni warga Petobo korban gempa disertai longsor.
Warga menyelamatkan motornya saat proses evakuasi jenazah di Petobo, Palu, Sulawesi Utara, Rabu (3/10).
Deni mengaku belum berjumpa dengan sebagian saudara dan kerabat serta rekan dekatnya. Bahkan hingga saat ini, ia belum mengetahui atau mendengar kabar dari sebagian kerabatnya tersebut.
Warga Petobo mengungsi di Dusun Ranoropa Desa Loru, Desa Loru, Desa Pombewe, Desa Ngatabaru, Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi. Mereka membutuhkan bantuan pemerintah berupa pakaian, makanan, air bersih, obat-obatan serta pembalut bagi perempuan, sarung, dan bantuan kesehatan lainnya.
Kelurahan Petobo menjadi salah satu wilayah terparah terdampak gempa. Banyak korban jiwa yang tertimbun dan hingga saat ini belum semuanya dapat di evakuasi. Hal itu karena lumpur yang tebal dan tinggi mulai mengering.