REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 12 peneliti dari berbagai instansi berangkat menuju Palu dan Donggala, Rabu (3/10) dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara pukul 23.00 WIB. Para peneliti ini akan melakukan penelitian gempa Palu-Donggala untuk pertama kalinya.
Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan (Balai Teksurla) BPPT, M Ilyas mengatakan, operasi mengerahkan KM Baruna Jaya 1 milik BPPT. Peneliti yang dilibatkan di lokasi akan melakukan survei batimetri di lima titik gempa di Palu, dan melakukan penelitian terhadap fenomena likuifaksi.
"Berangkat dari Jakarta akan singgah dulu di Balikpapan karena ada beberapa peneliti dari Balikpapan. Kemudian akan menuju ke Palu," kata dia di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (3/10) malam.
Para peneliti akan melakukan riset selama 10 hari di lokasi terdampak gempa dan tsunami. Hasil riset tersebut, nantinya akan digunakan sebagai bahan kajian penanganan bencana di Indonesia.
Sementara itu, Kepala Bidang Teknologi Mitigasi Bencana BPPT, Udrekh mengatakan, para peneliti akan melakukan lima riset di Palu dan Donggala. Riset yang mereka lakukan adalah mengkaji di daratan terdampak bencana, survei di bagian pesisir, melakukan kajian di laut dalam, mengkaji tentang deformasi daratan yang berkaitan dengan tsunami, dan melakukan wawancara terhadap penyintas bencana.
"Dalam wawancara tersebut, kami akan menanyakan keadaan dari sebelum, saat dan setelah terjadi gempa serta tsunami," ujarnya.
Baca juga, Fenomena Likuifaksi dan Tenggelamnya Rumah-Rumah di Petobo