Kamis 04 Oct 2018 05:15 WIB

RS di Sulawesi Tengah Mulai Beroperasi

Listrik masih menjadi kendala operasional.

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dan Menteri Kesehatan Nila Moeloek di Bandara Mutiara Sis Aljufri, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (3/10). Rombongan hendak meninjau daerah terdampak gempa seperti wilayah Palu dan sekitarnya, Petobo, Kabupaten Sigi, Sulteng.
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dan Menteri Kesehatan Nila Moeloek di Bandara Mutiara Sis Aljufri, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (3/10). Rombongan hendak meninjau daerah terdampak gempa seperti wilayah Palu dan sekitarnya, Petobo, Kabupaten Sigi, Sulteng.

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek mengatakan rumah sakit yang terdampak gempa di Sulawesi Tengah mulai beroperasi kembali untuk penanganan korban luka yang lebih optimal. "Fokus tim kesehatan sekarang menolong, membuka rumah sakit," katanya, di Bandara Mutiara Sis Al-Jufri Palu, Rabu (3/10).

Menkes menjelaskan saat ini tenaga medis mulai memanfaatkan fasilitas kesehatan di rumah sakit. Namun, pelayanan medis tesebut sedikit terganggu saat akan melakukan tindakan operasi yang membutuhkan fasilitas medis eletronik.

"Kendala kami itu karena listrik yang tidak ada jadi kamar operasi agak terganggu untuk melakukan tindakan. Ada genset bagus tetapi BBM sulit," kata Menkes.

Dia mengatakan tim kesehatan masih membutuhkan dukungan pelayanan medis seperti BBM untuk bahan bakar genset dan air bersih sebagai keperluan medis. Selain itu, tim kesehatan juga terus fokus pada posko kesehatan, penyediaan obat-obatan, makanan tambahan penunjang gizi, dan kesehatan lingkungan.

"Kemudian kesehatan lingkungan, kita tahu mayat diletakkan di rumah sakit. Itu kan harus disemprot supaya kumannya jangan menyebar," ujar Nila.

Dia menekankan agar sebisa mungkin saat pascabencana tidak terjadi kasus kejadian luar biasa (KLB) penyakit. "Selalu kita tidak ingin KLB, misalnya diare, kita tetap harus hati-hati," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement