REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Hari kelima pascagempa dan tsunami Palu-Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9) lalu, sejumlah korban pengungsi mengeluhkan bantuan bahan makanan. Pengungsi juga berharap ada bantuan berupa perlengkapan untuk bayi.
Di posko pengungsi Perumnas, Balaroa, kelurahan Balaroa, Palu Barat misalnya, yang wilayah yang terdampak gempa cukup parah, dimana ada satu perkampungan yang porak poranda karena gempa berkekuatan 7,4 skala richter. Salah satu pengungsi, Andi (42) mengungkapkan bahwa hingga kini sedikit bantuan untuk para pengungsi di posko tersebut. Padahal ada ratusan kepala keluarga yang berada di wilayah tersebut.
Ia juga menyesalkan bahan bantuan tidak mencakup kebutuhan bayi dan balita. Padahal terdapat bayi dan balita yang berada dalam posko pengungsian tersebut. "Baru sedikit, ini baru mie seperti ini saja, tadi pagi ada bantuan bahan makanan dari presiden, tapi bukan untuk bayi, anak saya butuh popok," ujar Andi (sambil menunjukkan bingkisan bantuan).
Andi mempunyai dua anak bayi kembar berusia satu bulan bernama Kiara dan Kirana. Ia menuturkan kedua bayinya tersebut harus tidur di tenda pengungsi karena rumahnya rusak dan tidak dapat ditinggali kembali. "Rumah saya rusak, anak saya tidur siang malam ya disini," kata Andi lagi.
Tak hanya Kiara dan Kirana, banyak balita yang memang berada di lokasi pengungsian tersebut. Para awak media yang mendatangi lokasi tersebut dengan rombongan pimpinan Parlemen memberikan bantuan bahan makanan, selimut, pelengkapan bayi serta uang tunai kepada pada pengungsi.
"Kita ingin meringankan beban para pengungsi disini, kita merasakan bagaiamana dahsyatnya bencana ini," ujar Ketua DPD RI Oesman Sapta.
Hal sama diungkapkan Ketua DPR Bambang Soesatyo bahwa bantuan dari DPR-MPR-DPD diserahkan untuk memastikan bantuan benar-benar tersalurkan dengan baik. Ketua MPR Zulkifli Hasan juga sempat berbincang dengan anak-anak pengungsi yang sekolahnya banyak rusak.