REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Empat penyebar hoaks yang berkaitan dengan bencana gempa bumi dan tsunami di Donggala, Palu, dan sekitarnya telah teridentifikasi oleh kepolisian. Polisi tengah berupaya menangkap keempatnya.
"Penyebar hoaks kami kejar di Majene. Kami sudah tahu identitasnya, mudah-mudahan akan segera ditangkap. Ada empat orang yang sudah teridentifikasi," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol. Setyo Wasisto di Jakarta, Selasa (2/10).
Berita hoaks yang muncul salah satunya adalah adanya imbauan masyarakat untuk mewaspadai Bendungan Bili-Bili yang retak. Padahal, setelah Polsek Mamuju Gowa melakukan pengecekan, hasilnya bendungan dalam kondisi baik dan aman.
Hoaks selanjutnya adalah informasi gempa susulan sebesar 8,1 skala Richter. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah melakukan klarifikasi informasi tersebut tidak benar.
Beredarnya foto-foto korban yang disebarkan sebagai foto korban bencana Palu juga ditemukan hoaks. Setelah diverifikasi, gambar tersebut merupakan korban perang di Timur Tengah.
Setyo mengatakan bahwa kabar warga melakukan blokade dan menjarah bandara juga merupakan hoaks. Fakta sebenarnya warga sedang mengantre menaiki pesawat.
Sementara itu, Kominfo menemukan berita bohong atau hoaks yang berkaitan dengan bencana gempa bumi dan tsunami di wilayah Donggala, Palu, dan sekitarnya, antara lain, tentang meninggalnya Wali Kota Palu. Informasi penerbangan gratis dari Makasar menuju Palu untuk keluarga korban juga merupakan berita bohong karena pesawat Hercules TNI AU yang menuju ke Palu diutamakan membawa bantuan logistik, paramedis, obat-obatan, makanan siap saji, dan alat berat.
Kominfo mengimbau seluruh masyarakat tidak mudah memercayai dan menyebarluaskan informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya atau tidak jelas sumbernya.
Baca juga, Hoaks-Hoaks Seputar Gempa Palu Temuan Kominfo