Rabu 03 Oct 2018 02:07 WIB

BPOM Ungkap Berbagai Tantangan dalam Melakukan Pengawasan

Tantangan itu yakni luasnya cakupan pengawasan obat dan makanan di Indonesia,

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Rilis Pers pengungkapan gudang obat ilegal di Cilincing, Jakarta Utara oleh BPOM RI. Jumat (21/9).
Foto: Republika/Muhammad Ikhwanuddin
Rilis Pers pengungkapan gudang obat ilegal di Cilincing, Jakarta Utara oleh BPOM RI. Jumat (21/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sekretaris Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Elin Herlina mengungkapkan berbagai tantangan yang dihadapi lembaganya dalam menjelankan tugas pengawasan. Tantangan yang dimaksud diantaranya, luasnya cakupan pengawasan obat dan makanan di Indonesia, dan terfragmentasinya kelembagaan yang melakukan pengawasan obat dan makanan.

"Kemudian terbatasnya sumber daya manusia dan anggaran, serta semakin bertumbuhnya pelaku usaha di bidang obat dan makanan juga menjadi tantangan tersendiri dalam pengawasan obat dan makanan yang menjadi tugas BPOM," kata Elin di Kampus C Unair Surabaya, Selasa (2/10).

Elin menjelaskan, dalam menjalankan tugas pengawasan tersebut, BPOM memang didukung 33 Balai Besar atau Balai POM yang berkedudukan di seluruh ibukota provinsi. Kemudian pada 2018, BPOM juga membangun Loka POM di 40 kabupaten/kota di 30 provinsi.

"Ya ini juga masih sebagai upaya memberikan pelayanan yang lebih dekat dengan masyarakat hingga seluruh pelosok negeri," ujar Elin.

Elin menjelaskan, mengawal keamanan dan mutu obat dan makanan di seluruh pelosok negeri, memanh menjadi tujuan BPOM dalam bekerja. Tidak hanya dalam rangka melindungi masyarakat dari produk yang berisiko terhadap kesehatan, tetapi juga meningkatkan daya saing bangsa.

"Peningkatan daya saingnya melalui apa? Melalui masyarakat yang sehat dan produk yang aman dan bermutu tinggi. Makanya kami ingin hadir di tengah masyarakat Indonesia, untuk melayani dan melindungi," kata Elin.

Elin menegaskan, untuk dapat mencapai tujuan tersebut, BPOM membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan profesional. SDM menurutnya memiliki peran penting dalam perkuatan tiga pilar pengawasan Obat dan Makanan di Indonesia.

Karena itu, lanjut Elin, BPOM bersyukur mendapatkan 1.078 formasi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pada 2018. Jumlah tersebut secara rinci akan ditempatkan di BPOM R1 Pusat sebanyak 260 formasi, di 33 Balai Besar atau Balai POM sebanyak 338 formasi, dan di 40 Loka POM sebanyak 480 formasi.

Elin mlanjutkan, maka dari itu, BPOM secara khusus mengundang dan mengajak generasi muda calon pemimpin masa depan di berbagai daerah untuk bergabung bersama BPOM RI. Salah satunya melalui penyelenggaraan job fair yang hari ini digelar di Unair.

"Job fair BPOM tahun 2018 ini merupakan yang pertama kali diselenggarakan sejak BPOM berdiri di tahun 2001," kata Elin.

Elin menyatakan, sebagai wujud keadilan dalam memberi kesempatan bekerja dan berkarya, formasi CPNS di BPOM pada 2018 juga membuka formasi khusus yang memprioritaskan anak bangsa dari wilayah timur Indonesia. Termasuk putra/putri berprestasi dari Papua dan Papua Barat, penyandang disabilitas, dan lulusan cumlaude.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement