Selasa 02 Oct 2018 19:54 WIB

Warga Pasangkayu Kembali Panik dengan Gempa Susulan

Warga masih cemas jika terjadi tsunami lagi.

Warga tidur di luar rumah untuk menghindari gempa susulan pascagempa bumi disertai tsunami di Palu, Sulawesi Tengah (ilustrasi)
Foto: Antara/Basri Marzuki
Warga tidur di luar rumah untuk menghindari gempa susulan pascagempa bumi disertai tsunami di Palu, Sulawesi Tengah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PASANGKAYU -- Warga Kabupaten Pasangkayu Provinsi Sulawesi Barat, kembali dibuat panik dengan munculnya gempa susulan yang terjadi di daerah itu sepanjang Selasa (2/10) dinihari hingga siang. Dari pantauan, sejak dinihari sekitar pukul 01.25 WITA, gempa kembali melanda kawasan itu.

Warga yang berada di wilayah perbatasan Sulbar dan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah itu kembali panik dan berlarian ke luar rumah. Warga yang masih cemas dan ketakutan pascagempa dan tsunami melanda Kabupaten Donggala dan Kota Palu dan turut mengguncang wilayah itu, Jumat (28/9) lalu, kemudian mengungsi ke Desa Ako yang merupakan kawasan perbukitan di Kabupaten Pasangkayu.

Sejak pukul 01.30 WITA hingga pukul 02.16 WITA, iring-iringan kendaraan, baik roda dua terus bergerak ke arah Desa Ako, yakni jalur Pasangkayu menuju Kabupaten Donggala. "Setiap ada isu tsunami, warga berlarian ke Desa Ako untuk menyelamatkan diri karena kawasan itu lebih tinggi," kata warga Pasankayu, Asdar.

Pada Selasa pagi, warga yang sempat mengungsi akhirnya kembali ke Pasangkayu untuk memulai aktivitas seperti biasa. Namun, pada pukul 07.46 WITA, kawasan itu kembali diguncang gempa berkekuatan, 5,3 skala richter yang berpusat di Kota Palu Sulawesi Tengah.

Walaupun sempat panik, namun warga tidak sampai berlarian, seperti pada Selasa dinihari. "Jika terjadi gempa saat siang masyarakat tidak terlalu panik karena kalau siang ada isu akan terjadi tsunami, kami masih bisa mengantisipasi dibandingkan pada malam hari," tutur warga Pasangkayu lainnya.

Bupati Pasangkayu Agus Ambo Djiwa mengakui, kepanikan masyarakat di daerah itu akibat banyaknya isu yang menyebar melalui media sosial yang menyebut jika ada gempa maka akan terjadi stunami. "Inilah yang menjadi persoalan sebab masyarakat sangat mudah terpengaruh oleh informasi dari media sosial. Padahal, kami sudah sering mengingatkan agar masyarakat jangan mudah percaya dengan isu-isu yang tidak jelas apalagi melalui media sosial," kata Agus Ambo Djiwa.

Ia kembali mengingatkan masyarakat agar tetap tenang dan tidak mudah percaya informasi melalui media sosial. "Saya kembali mengingatkan masyarakat agar tetap tenang dan jika terjadi gempa tidak langsung panik. Sebab jika masyarakat panik tentu hal itu bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dengan kondisi itu," tuturnya.

Agus mengatakan, langkah antisipasi itu baik, tetapi tetap harus berfikir jernih. "Sebab jika panik tentu bisa juga membahayakan keselamatan kita," tutur Agus Ambo Djiwa.   

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement