Selasa 02 Oct 2018 19:18 WIB

BPBD Cilacap Kesulitan Perbaiki EWS Tsunami

Hanya ada anggaran Rp 2 juta per tahun per unit padahal harga alat EWS Rp 500 juta.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah pelajar melintas di samping alat pendeteksi tsunami atau Tsunami Early Warning System (TEWS) yang dipasang di Desa Seuneubok, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Selasa (27/12).
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Sejumlah pelajar melintas di samping alat pendeteksi tsunami atau Tsunami Early Warning System (TEWS) yang dipasang di Desa Seuneubok, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Selasa (27/12).

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, mengaku kesulitan untuk memperbaiki EWS (Early Warning System) deteksi dini tsunami yang mengalami kerusakan. Hal ini mengingat biaya perbaikannya yang cukup mahal. "Yang bisa kita lakukan, hanya memperbaiki EWS yang masih diperbaiki dengan kemampuan keuangan kita. Yang sudah tidak bisa, ya sudah," jelas Kepala BPBD Cilacap Tri Komara Sidhi, Selasa (2/9).

Sebagaimana diketahui, sejumlah EWS tsunami yang saat ini terpasang di sepanjang pantang selatan Jawa Tengah, mengalami kerusakan. Khusus di kawasan pantai wilayah Kabupaten Cilacap, dari 35 unit EWS yang tersebar di beberapa wilayah garis pantai, hanya tinggal 26 unit yang masih berfungsi dengan baik. "Sembilan unit EWS lainnya yang mengalami kerusakan," jelasnhya.

Dia menyebutkan, seluruh unit EWS tsunami yang mengalami kerusakan, umumnya disebabkan usia yang sudah tua dan korosi air laut. "Seluruh EWS tsunami itu memang ditempatkan di sepanjang pantai pada 2012-2013. Jadi memang sudah masanya diganti," jelasnya.

Untuk melakukan pemeliharaan EWS tersebut, Tri Komara menyebutkan, pihaknya hanya mendapatkan anggaran Rp 2 juta per tahun per unit dari APBD. Dengan dana sebesar itu, dia menyebutkan hanya bisa untuk melakukan perbaikan ringan. "Sedangkan untuk melakukan pergantian unit, jelas tidak akan bisa," katanya.

Dia menyatakan, harga setiap unit EWS tsunami tersebut sangat mahal. Seperti EWS yang diadakan oleh BNPB, harganya mencapai sekitar Rp 500 juta per unit. "Sedangkan untuk EWS yang diadakan oleh BMKG, harganya lebih mahal lagi," katanya.

Untuk itu, dia mengemukakan, yang bisa dilakukan BPBD Cilacap hanya sebatas memberitahukan pada BNPB maupun BMKG, bahwa ada beberapa unit EWS tsunami yang mengalami kerusakan. "Dari 9 unit EWS tsunami yang mengalami kerusakan, sebanyak tujuh unit merupakan EWS yang diadakan oleh BNPB. Sedangkan yang dua unit, yang diadakan oleh BMKG," jelasnya.   

Sebagaimana diketahui, sejumlah EWS tsunami yang sudah terpasang di pantai selatan Jateng saat ini, diketahui mengalami kerusakan. Selain di wilayah Cilacap, sebanyak tujuhunit EWS tsunami yang berada di kawasan pantai wilayah Kebumen juga mengalami kerusakan.

Kepala BPBD Kebumen Eko Widianto menyebutkan, di wilayahnya sebenarnya 10 unit EWS tsunami yang sudah terpasang di berbagai lokasi pantai sejak dari pantai Ayah hingga pantai Mirit. "Namun dari 10 unit tersebut, yang berfungsi baik saat ini hanya tiga unit," jelasnya.

Menurutnya, seluruh EWS yang tidak berfungsi tersebut merupakan EWS yang menggunakan sistem online. Sedangkan tiga unit EWS yang manual, seluruhnya masih berfungsi dengan baik. "Kita sudah laporkan masalah ini pada BNPB, dan meminta agar sistemnya diubah menjadi manual agar bisa lebih awet," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement