Selasa 02 Oct 2018 10:55 WIB

Warga Palu Antre Sehari-Semalam untuk Beli BBM di SPBU

Warga sangat membutuhkan BBM untuk penerangan dan kendaraan.

Ribuan warga korban gempa dan tsunami Palu mengantre membeli bbm di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kelurahan Palupi, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9).
Foto: Antara/Basri Marzuki
Ribuan warga korban gempa dan tsunami Palu mengantre membeli bbm di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kelurahan Palupi, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Korban gempa bumi di Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng) harus antre hingga 24 jam untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah SPBU di wilayah itu. Kondisi itu terjadi pascabencana gempa dan tsunami yang melanda Sulteng pada Jumat pekan lalu.

"Saya sudah antre sejak jam 10 pagi kemarin (Senin, 1/10). Hari ini (Selasa), sudah mau jam 11 siang kami belum terlayani juga," kata Adip Ridwan, warga Jalan Kedondong, Palu, Selasa (2/10).

Adip dan keluarganya saat ini mengungsi ke Birobuli, Palu Selatan, karena rumah keluarganya di Jalan Kedondong dan Palola rusak berat sehingga tidak layak lagi dihuni. Untuk memenuhi kebutuhan kendaraan dan penerangan listrik, Adip terpaksa harus mengantre di SPBU Tanah Runtuh karena dari sejumlah SPBU di Kota Palu hanya SPBU itu yang melayani penjualan dengan jumlah terbatas.

Selama antrean, Adip dan ratusan pengantre lainnya terpaksa makan dan tidur di dekat SPBU, sebab jika meninggalkan lokasi dipastikan akan memulai lagi dari awal antrean tersebut. Antrean panjang tersebut terjadi karena pasokan bahan bakar minyak(BBM) dari provinsi tetangga belum tiba sehingga pelayanan terhenti.

"Kemarin katanya minyak akan tiba dari Gorontalo pukul 21.00 WITA. Informasi berubah lagi ke pukul 24.00. Tapi sampai menjelang siang ini minyak belum juga tiba," katanya.

Hal yang sama juga dirasakan Dirwan, warga Kabonena. Dia bahkan mengikuti antrean di SPBU sudah lebih dari 24 jam.

"Kalau tidak ada BBM, maka kita tidak bisa makan, karena harus menyedot air untuk pakai masak dan mencuci. Dan itu memanfatkan bensin," katanya.

Dia mengatakan, warga korban gempa ini sangat membutuhkan BBM, khususnya premium dan pertalite untuk kebutuhan kendaraan dan penerangan. "Bahan bakar sekarang sudah menjadi bahan pokok. Tidak ada BBM kita tidak bisa jalan cari yang lain untuk kebutuhan di pengungsian," katanya.

Dirwan mengatakan selain untuk mencari kebutuhan pokok selama di pengungsian, kendaraan juga digunakan mengangkut sebagian barang-barang penting yang masih bisa diselamatkan dari rumah ke tempat yang lebih aman karena umumnya rumah penduduk sudah rusak akibat amukan bumi. "Harapan kami ke pemerintah bagaimana agar BBM bisa tersedia," katanya.

Pascagempa seluruh SPBU di Kota Palu berhenti beroperasi sehingga kebutuhan masyarakat akan BBM tidak terlayani. Sebagian besar SPBU terpaksa dibongkar warga dan mengambil BBM yang masih tersisa di tangki-tangki penimbunan di SPBU tersebut.

Pengambilan BBM tersebut dilakukan warga dengan caranya sendiri seperti menimba menggunakan wadah botol. Sebagian dilakukan dengan cara menggunakan mesin penyedot. Warga kemudian antri memasang jerigen mereka untuk mendapatkan jatah BBM.

Sebagian SPBU seperti SPBU Tanah Runtuh dan SPBU Maluku sejak hari ketiga pascagempa akhirnya melayani masyarakat dengan jatah yang terbatas. Kebutuhan BBM juga mendesak untuk pemerintah daerah karena kepentingan operasional seperti distribusi bantuaN dan pencarian korban yang tertimbun bangunan atau tanah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement