Selasa 02 Oct 2018 09:58 WIB

Penjarahan di Palu dan Warga yang tak Ingin Disebut Menjarah

Korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala dalam kondisi lapar dan minim logistik.

Rep: Ronggo Astungkoro, Dessy Suciati Saputri, Antara/ Red: Andri Saubani
Seorang pria tampak membawa televisi yang diduga dijarah dari sebuah mal di Palu, Sulteng, Ahad (30/9).
Foto: EPA
Seorang pria tampak membawa televisi yang diduga dijarah dari sebuah mal di Palu, Sulteng, Ahad (30/9).

REPUBLIKA.CO.ID, Mabes Polri membenarkan sempat terjadi aksi penjarahan pascaterjadinya gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng) pada akhir pekan lalu. Polri menyatakan, aktivitas penjarahan sudah dapat ditangani.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto menjelasakan, pada hari pertama pascagempa, situasi di lokasi kejadian tidak kondusif. Bahan logistik saat itu belum masuk karena hambatan jarak dan jalan yang rusak. Penjarahan bahan makanan pun tak terhindarkan.

"Itu kami juga memahami kalau itu yang di ambil mungkin bahan makanan karena lapar, minuman atau mungkin sandang karena sandang mereka tidak ada," kata Setyo di Jakarta, Senin (1/10).

Setyo mengatakan, sempat pula terjadi upaya penjarahan alat elektronik, salah satunya di Toko Ponsel Makmur Jaya, Jalan Basuki Rahmat, Palu. Namun, kata Setyo, aparat kepolisian segera bertindak dan mengamankan pelaku.

Kejadian lain, salah satu pusat perbelanjaan Transmart juga hampir menjadi objek penjarahan. Menurut Setyo, pusat ritel itu sempat berusaha dimasuki oleh sekitar 30 orang. Namun, upaya tersebut juga digagalkan polisi.

"Sudah ada 30 orang di depan Transmart ingin merangsek masuk dan ambil barang, sudah diantisipasi dan mereka bisa bubar," kata Setyo.

Polisi, kemarin berhasil menggagalkan setidaknya lima upaya pencurian uang dari mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di Kota Palu. Upaya pembobolan mesin ATM itu terjadi di empat tempat yang berbeda yaitu dua mesin ATM di Jalan Touwa, mesin ATM di Jalan S Parman, mesin ATM di Universitas Islam Al Khaerat dan mesin ATM di SPBU Jalan Diponegoro.

"Dari percobaan pengambilan uang secara paksa dari ATM di Kota Palu, seluruhnya dapat digagalkan polisi," kata Setyo.

Setyo mengatakan, saat upaya penjarahan ATM di Jalan S Parman, pelaku bisa dibekuk polisi. Sedangkan penjarah tiga mesin ATM lainnya melarikan diri.

Dalam kasus upaya pencurian uang dari mesin ATM, jumlah tersangka yang diamankan ada empat orang yaitu Azwan (30), R (17), Zulkarnaen (25), dan Faisal (36).

"Saat ini keempatnya ditahan di Polda Sulawesi Tengah," katanya.

Adapun target pembobolan pusat mesin ATM adalah mesin ATM Bank Mandiri, BCA, BRI dan Danamon. "Untuk mencegah peristiwa serupa, sejumlah personel polisi disiagakan," katanya.

Ribuan polisi yang berasal dari Polda Sulut, Polda Sulbar, Polda Sulsel, Polda Gorontalo dan Mabes Polri telah  disiagakan menjaga sejumlah pertokoan agar tidak kembali terjadi penjarahan. Setyo pun mengimbau masyarakat agar tidak melakukan tindakan kriminal dan melanggar hukum dengan mengambil paksa barang-barang elektronik dan emas di pertokoan.

"Rencananya akan dikirim lagi sekitar 1.400 personel untuk membantu mengamankan, merehabilitasi, membersihkan di sana seperti di Lombok," tutur Setyo.

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, warga yang terdampak gempa bumi dan tsunami di Sulteng panik karena takut kekurangan logistik. Untuk menangani kepanikan itu, kebutuhan logistik sudah mulai dikirim dan para pimpinan kementerian lembaga terkait juga sudah berada di sana.

"Bukan penjarahan. Mereka itu lapar. Kita akan meningkatkan pengamanan, tapi sebetulnya bukan kita melakukan kekerasan kepada masyarakat. Tetap kita imbau mereka untuk mengindahkan hukum," jelas Tito di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (1/10).

Dari Polri sendiri, Tito berencana mengirimkan sekitar 1.500 hingga 2.000 personel tambahan. Saat ini, aparat keamanan dari kepolisian yang sudah masuk ke wilayah Palu dan sekitarnya kurang lebih 400 personel dari Brimob.

Tito merasa penambahan personel masih perlu dilakukan untuk melakukan pengamanan di wilayah Palu. Ia melihat, daerah Palu relatif tertutup. Terlebih melihat kondisi saat ini, di mana beberapa jalur menuju ke Palu tertutup karena longsor.

"Ini ada beberapa jalur yang longsor kan. Sedangkan udara hanya bisa dimanfaatkan yang 2.000 meter saja (landasan udaranya)," jelas Tito.

Komandan Penerangan Kodam XIII Merdeka, Kolonel Infrantri TNI, Tohir menegaskan akan menindak tegas bagi oknum-oknum yang masih melakukan penjarahan toko di Kota Palu. Para penjarah bukan lagi menjarah makanan, tapi kemudian berkembang menjarah barang-barang lainnya yang berharga.

"Pengamanan terhadap objek yang sudah dijarah oknum warga sudah kita lakukan. Koordinasi dengan Polda, Korem XIII Merdeka serta personel kita kerahkan, namun demikian masih ada saja cara penjarah melakukan itu," kata Tohirdi Palu, Senin.

Kebijaksanaan pemerintah

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto, tak menampik kemungkinan adanya penjarahan di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulteng. Namun, ia mengingatkan, ada kebijakan di mana pengambilan barang dari toko makanan dan minuman oleh warga akan dibayar oleh pemerintah.

"Ada perbedaan antara penjarahan dan pengambilan barang dari toko makanan dan minuman. Karena keterbatasan suplai, mereka tentu akan ambil barang di minimarket," ungkap Wiranto dalam konferensi pers di kantornya di Jakarta, Senin (1/30).

Wiranto menjelaskan, pemerintah telah membentuk kebijaksanaan, daripada terjadi penjarahan liar, pemerintah meminta minimarket dibuka dan makanan serta minuman di sana boleh diambil oleh warga. Makanan dan minuman yang diambil itu akan dibayar oleh pemerintah.

"Kemungkinan (penjarahan) ada, sangat ada. Tapi sementara kebijaksanaannya seperti itu," kata Wiranto.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun ikut menanggapi isu penjarahan di sejumlah toko di Palu. Ia pun meminta masalah yang kecil agar tak dibesar-besarkan lantaran dalam kondisi yang darurat.

"Dalam keadaan darurat jangan masalahkan hal yang kecil yang sebetulnya tidak jadi masalah dasar," ujar Jokowi di Monumen Pancasila, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Senin (1/10).

Ia tak membantah terjadinya peristiwa pengambilan barang oleh masyarakat sekitar di beberapa toko. Kendati demikian, menurut dia, terdapat pula toko yang memang memberikan bantuan kepada masyarakat korban gempa.

"Saya tidak melihat di lapangan seperti itu karena toko-toko tutup. Itu mungkin ada 1-2 peristiwa. Karena memang ada juga toko yang memberikan untuk bantu saudaranya semuanya dalam proses membantu," ujar Jokowi.

Baca juga:

 

photo
Kronologi Gempa-Tsunami Palu dan Donggala

Respons korban gempa-tsunami

Warga Palu, Sulawesi Tengah, yang memilih menetap pascabencana, meminta agar publik tidak menyebut mereka sebagai penjarah. Seperti yang diungkap Darmen, warga kampung Nelayan di Sulteng, Senin, yang selamat dari gempa dan tsunami.

Ia mengaku, hingga tiga hari pascagempa belum makan nasi bahkan tidak memiliki pakaian ganti. "Beruntung, putri saya satu-satunya selamat meski kami tidak lagi memiliki rumah dan harta benda," ujarnya.

Istrinya pun selamat sebab saat musibah terjadi berada di rumah keluarga di wilayah pantai Timur. Darmen mengaku, hingga saat ini belum mandi dan ganti pakaian, sedangkan makanan yang dimakan adalah roti dan minuman ringan yang diambil bersama warga lainnya di salah satu supermarket.

"Kami tidak menjarah, tapi hanya berupaya bertahan hidup sebab sangat membutuhkan makanan dan air minum," ujarnya yang ikut mengantre bensin di SPBU agar secepatnya keluar dari Kota Palu.

Sementara itu, Misna warga yang bermukim di Kelurahan Tondo, mengaku tidak memiliki rumah dan harta benda. Saat musibah terjadi, saya hanya mengenakan selembar handuk sebab akan mandi.

"Saya hanya memikirkan keselamatan ibu mertua yang berusia 70 tahun, makanya tidak sempat mengenakan pakaian agar secepatnya menyelamatkan beliau," ujarnya.

Ia mengaku, air laut saat itu begitu cepat menghantam rumah mereka dan seperti mukjizat mereka lari satu langkah lebih cepat dari sapuan air laut. Ibu berusia 55 tahun ini mengaku hanya memiliki satu orang putra yang sedang berada di Toli-toli saat musibah itu.

Kini ia dan suaminya, menumpang di rumah orang di kawasan perumahan BTN Polda, Mamboro jalan Soekarno-Hatta. Misna dibantu warga mendapatkan bantuan pakaian dalam dan pakaian seadanya.

Ia bahkan mengaku, baru mendapat tambahan bantuan pakaian dari warga lainnya yang mencari pakaian di kawasan pertokoan yang  sudah porak poranda. "Tapi mereka tidak menjarah, hanya membantu kami yang sudah tidak memiliki apa-apa," ujarnya.

Ia berharap, bantuan juga menyisir kawasan pemukiman sebab banyak pengungsi yang menumpang di halaman rumah warga, seperti di daerah Mamboro yang berada di ketinggian. Mereka membangun tenda darurat seadanya sebab takut tidur didalam rumah, khawatir akan terjadinya gempa susulan.

[video] Pesawat dari Palu tak Bisa Kembali ke Makassar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement