Selasa 02 Oct 2018 01:14 WIB

Menilik Rumah Cimanggis, Cagar Budaya yang Terbengkalai

Rumah Cimanggis adalah bekas kediaman istri Gubernur VOC pada zaman Belanda.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Andri Saubani
Kondisi Rumah Cimanggis di Komplek Tower RRI, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Senin (1/10).
Foto: Republika/Flori Sidebang
Kondisi Rumah Cimanggis di Komplek Tower RRI, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Senin (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, Terdapat sebuah bangunan bekas kediaman warga Belanda pada masa penjajahan Indonesia dahulu di wilayah Depok, Jawa Barat (Jabar). Bangunan yang diperkirakan dibangun pada tahun 1771-1775 ini dulunya merupakan kediaman istri kedua Gubernur Jenderal VOC Albertus Van Der Parra, yaitu Johana Van Der Parra.

Bangunan ini kemudian lebih dikenal oleh masyarakat sekitar dengan sebutan Rumah Cimanggis. Sebab, letaknya berada di dalam Komplek Tower RRI, Cimanggis, Depok, Jawa Barat.

Namun, bangunan ini hampir tak kelihatan saat kita memasuki komplek tersebut. Hal ini dikarenakan kondisi bangunan yang sudah tertutupi oleh semak belukar dan banyaknya pohon.

Purwanto, salah satu petugas yang berjaga di Komplek RRI itu mengatakan, Rumah Cimanggis sudah lama tak berpenghuni. Sejak dirinya tinggal di daerah tersebut pada tahun 1993, rumah itu sudah dalam kondisi tak terurus.

"Tapi kalau zaman itu, masih lebih mending daripada yang sekarang. Dulu itu atapnya masih utuh, tanaman liar yang tumbuh pun nggak sebanyak sekarang," jelas pria asal Jawa Timur ini.

Pada kurun 1993-1999, rumah tersebut sempat digunakan oleh pihak RRI sebagai tempat tinggal bagi karyawannya. Tetapi, rumah itu kembali dibiarkan kosong setelah RRI mendapat lahan yang baru dan membangun fasilitas bagi karyawannya.

Sejak saat itu, Rumah Cimanggis tidak pernah lagi dihuni. Rumah yang luasnya hampir sebesar lapangan sepak bola itu kini menjadi tempat tinggal bagi banyak hewan, seperti kelelawar yang membuat sarangnya di dalam sisa-sisa plafon rumah yang terbuat dari triplek.

Semut-semut pun membangun sarang di balik kayu-kayu penyangga atap rumah yang sudah roboh akibat lapuk. Bahkan, ketika Republika sedang berkeliling melihat rumah tersebut belum lama ini, ada seekor rusa yang berlari dari salah satu sudut rumah dan menghilang di balik rimbunan semak di seberang rumah.

Lahan yang digunakan sebagai kompleks Tower RRI sangatlah luas, mencapai 187 hektare. Hampir seluruh area itu masih hijau karena ditumbuhi pepohonan dan tanaman lainnya.

Kembali lagi ke kondisi Rumah Cimanggis. Rumah ini memiliki banyak pintu dan jendela dengan ukuran yang besar. Tetapi, sebagian besar kaca jendela itu sudah pecah.

"Kalau pintu utama katanya yang sana," ujar Pur sambil menunjuk ke arah jalan masuk dari depan komplek tersebut.

Pintu-pintu di rumah itu terbuat dari kayu dan masih utuh. Tetapi, warnanya sudah kusam. Uniknya, posisi pintu masuknya sejajar hinggu ke pintu belakang. Sehingga, ketika berdiri di salah satu pintu itu, bisa dengan jelas melihat ke seberangnya.

Setiap pintu memiliki motif ukiran yang berbeda di atasnya. Beberapa ukiran itu ada yang masih utuh, ada pula yang sudah mengalami kerusakan. Namun, Pur tidak mengetahui arti dari motif-motif ukiran tersebut.

Rumah ini juga memiliki dua teras, yaitu di depan dan belakang. Sebagian kecil dari kedua teras ini masih tertutupi oleh atap. Hanya saja kayu-kayu penyangga atap tersebut sudah lapuk dan bergelantungan.

"Makanya, tiap ada yang mau masuk ke rumah itu saya selalu kasih pesan supaya hati-hati. Soalnya atapnya sudah hampir roboh gitu. Jangan sampai ketiban genteng," ucap Pur dengan nada sedikit melucu.

Beberapa pilar berdiameter sekitar 80-90 sentimeter pun masih dapat kita jumpai di kedua teras rumah itu. Namun, sebagian pilar itu sudah sedikit hancur di bagian atasnya.

Bangunan rumah yang kini tak beratap itu memiliki tiga ruangan utama dengan ukuran yang sama. Satu ruangan berada persis setelah memasuki pintu utama rumah. Ruangan berikutnya berada di tengah, yakni antara pintu utama dan pintu belakang. Ruangan ketiga berada sebelum melewati pintu belakang.

Sayangnya, tidak ada yang tahu pasti apa fungsi masing-masing ruangan tersebut. "Kalau dapur sama kamar mandi letaknya terpisah. Katanya di belakang rumah ini. Tapi sekarang sisa bangunan dapur dan kamar mandi itu sudah tidak ada sama sekali," imbuh Imran.

Kini, Rumah Cimanggis telah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya (BCB) oleh Wali Kota Depok, Muhammad Idris. Penetapan itu, setelah sekian lama rumah ini terbengkalai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement