REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) Dradjad Wibowo mengatakan setuju dengan langkah menghentikan kampanye. Kemungkinan malahan tidak ada kampanye di Sulawesi Tengah (Sulteng).
"Setuju memang harus berhenti dulu. Lagi pula, bagaimana bisa berkampanye di Sulteng dengan kondisi psikologis masyarakat yang masih trauma, dan kondisi daerah yang hancur dilanda bencana seperti itu? Jadi memang otomatis harus berhenti," kata Dradjad, kepada Republika.co.id, Senin (1/10).
Anggota Dewan Kehormatan PAN ini menambahkan, ia memprediksi pemulihan tidak bisa dalam 6 bulan. Sehingga bisa-bisa malah hampir tidak ada kampanye di Sulteng.
"Kalau untuk seluruh Indonesia, mungkin bisa rehat 3-7 hari," ungkapnya.
Sebelumnya, SBY melalui video yang dirilis di media sosial pada Ahad (30/9) menyarankan agar kampanye di Sulteng dihentikan sementara. Ia menilai saat ini saatnya semua pihak bersatu.
SBY mengimbau agar semua pihak mengutamakan membantu pemerintah dan masyarakat yang terkena musibah. SBY mengatakan, meskipun dampak yang diakibatkan gempa Palu tidak sebesar di Aceh dan Nias, tetapi gempa bumi dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah telah memakan korban cukup banyak.
“Karena itu, tindakan cepat Presiden Jokowi untuk berkunjung ke daerah bencana saya nilai tepat," kata presiden ke-6 RI tersebut.
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto justru sepakat untuk menyatakan menghentikan kampanye Pilpres demi mendukung gerakan kemanusiaan ke Donggala dan Palu. "Seluruh elite bangsa harus bersatu,” kata Hasto dalam keterangan resmi pada Senin, (1/10).
Ia mengatakan gempa bumi dan tsunami semakin menyadarkan semua pihak tentang pentingnya tindakan cepat tanggap darurat. “Semua partai, tim kampanye dan seluruh tokoh harus bersatu dan bergandengan tangan membantu rakyat yang menjadi korban," kata Hasto.