REPUBLIKA.CO.ID, JAKATA -- Tokoh kebangsaan Lily Chodidjah Wahid mengatakan keberadaan Pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa sudah waktunya untuk diamalkan, bukan lagi diperdebatkan. "Kalau lima sila itu betul-betul dilaksanakan, pasti akan menjadi kekuatan hebat bagi bangsa Indonesia yang majemuk, tetapi bersatu ini," kata Lily dalam keterangan tertulis di Jakarta, Ahad (30/1).
Menurut dia, Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2018 harus dijadikan momentum untuk mengembalikan Pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa yang hakiki. Cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy¿ari itu yakin bila Pancasila dilaksanakan dengan baik maka berbagai ideologi asing yang merusak seperti radikalisme dan terorisme otomatis akan terbendung.
"Dengan kembali memperkuat pemahaman nilai Pancasila dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, ke depan Indonesia pasti kuat melawan ancaman intoleransi, radikalisme, dan terorisme," ujarnya.
Lily mengatakan, Pancasila telah terbukti mampu menjadi perekat antaranak bangsa dengan beragam latar belakang. Sehingga bukan tidak mungkin upaya mempermasalahkan Pancasila justru bagian dari upaya memecah belah bangsa ini.
"Mereka menggunakan cara-cara dengan ongkos murah, yaitu adu domba. Hari ini yang mereka benturkan Islam dengan Islam dan yang dipakai sebagai isu salah satunya intoleransi dan kebinekaan," katanya.
Menurut dia, nilai-nilai Pancasila sebenarnya melekat dalam kehidupan bangsa Indonesia. Nilai kemanusiaan bagian dari keimanan, turunan dari ketuhanan. Sedangkan keadilan sosial ini adalah dakwah bil hal, dakwah dengan perbuatan dalam kenyataan sehari-harinya. "Jadi, sebetulnya yang harus kita upayakan untuk memperbaiki keadaan hari ini adalah membangkitkan kembali persatuan Indonesia dan musyawarah mufakat," kata mantan anggota DPR RI dari Fraksi PKB ini.
Bila masyarakat selalu bermusyarawah dalam menghadapi persoalan, bertenggang rasa, dan menyepakati bersama, Lily mengatakan, pasti akan tumbuh semangat persatuan yang kuat di masyarakat.