Senin 01 Oct 2018 05:47 WIB

Ketimpangan Struktural Ekonomi Kita

Perbaikan ketimpangan pendapatan (per kapita) atau rasio Gini masih belum merata

Sunarsip
Foto:

Saya berpendapat bahwa lambatnya laju perbaikan ketimpangan ekonomi tidak lepas dari kondisi struktural perekonomian kita. Kondisi struktural tersebut salah satu yang utama adalah ketergantungan ekonomi kita, terutama di daerah, yang masih sangat tinggi pada komoditas (pertanian dan pertambangan).

Dari perhitungan yang saya lakukan, sebagian besar perekonomian di daerah disumbangkan oleh sektor ekonomi komoditas (pertambangan dan pertanian). Kontribusi sektor pertanian dan pertambangan ini memberikan sumbangan di atas 20 persen terhadap PDRB di sebagian besar daerah.

Bahkan, beberapa daerah di antaranya, kontribusi sektor pertanian dan pertambangannya bisa mencapai 40 persen terhadap PDRB-nya.

Sampai dengan semester I-2018, kontribusi sektor pertanian dan pertambangan di Sumatra mencapai sekitar 35 persen terhadap PDRB-nya, Kalimantan sekitar 44 persen, Sulawesi sekitar 26 persen, Maluku dan Papua sekitar 42 persen, serta Bali dan Nusa Tenggara sekitar 20 persen. Hanya Jawa yang kontribusi sektor pertanian dan pertambangan kecil, yaitu sekitar 8 persen terhadap PDRB-nya.

Nah, ketergantungan yang tinggi pada komoditas inilah yang turut menghambat upaya pemerintah menurunkan ketimpangan ekonomi di daerah. Nilai tambah dari ekonomi komoditas sangat rendah, karena hanya dinikmati oleh sebagian kecil kelompok masyarakat kita. Ini mengingat penguasaan lahan pertanian dan pertambangan masih didominasi oleh kelompok pelaku usaha tertentu saja.

Perekonomian daerah yang bergantung pada komoditas juga turut memberikan andil terhadap semakin tajamnya ketimpangan ekonomi secara spasial di Indonesia. Perekonomian daerah menjadi sangat rentan terhadap gejolak, terutama gejolak harga.

Ketika harga komoditas melemah sejak pertengahan 2014, terjadilah gangguan produksi di sejumlah daerah penghasil komoditas. Akibatnya, kinerja perekonomian daerah tersebut menjadi melemah.

Terlambatnya realisasi industrialisasi berbasis pengolahan komoditas (agro industri) di pusat-pusat keunggulan komoditas menyebabkan daerah kita tidak siap mengantisipasi dampak dari pelemahan harga komoditas. Di sisi lain, kinerja perekonomian Jawa dan Sulawesi konsisten tumbuh relatif tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement