REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Rr Laeny Sulistyawati
Akses komunikasi dari dan ke Donggala, Sulawesi Tengah, masih terputus. Padahal, kabupaten ini merupakan daerah yang terdampak lebih luas daripada Kota Palu.
"Kami masih belum mendapat informasi apa pun, komunikasi putus, kami masih lumpuh total tidak ada informasi yang bisa kami cangkok untuk wilayah di Donggala," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Sabtu (29/9) sore.
Jika melihat intensitas kekuatan gempa yang dirasakan, kata dia, guncangan di Donggala lebih besar dibandingkan dengan Kota Palu. Apalagi, medan di Donggala lebih berat karena banyak perbukitan.
"BNPB memiliki hipotesis kerusakan di Kabupaten Donggala lebih parah," katanya.
Tidak hanya Donggala, ia mengakui, jalur menuju Palu sulit karena beberapa jalur dari Poso, Sulawesi Tengah, menuju ke Palu terputus. Jalanan hancur sehingga lereng-lereng perbukitan longsor.
Sutopo menyebut telah mengirimkan semua tim dan bantuan logistik ke Donggala melalui jalur udara dan darat, antara lain Dinas Pemadam Kebakaran, satpol PP, Basarnas, dan BPBD.
Akan tetapi, belum ada komunikasi yang terjalin karena kondisi komunikasi dan listrik masih terputus. Saat ini pun Kemenkominfo dan PLN tengah berusaha memperbaiki akses komunikasi dan listrik di Donggala dan Palu.
Sutopo menjelaskan, BNPB telah memiliki data korban gempa dan tsunami di Kota Palu. Jumlah korban yang meninggal karena tsunami di Palu mencapai 384 orang.
Angka itu dikeluarkan berdasarkan hasil evakuasi sampai Sabtu, pukul 13.00 WIB. Sedangkan, mereka yang hilang sebanyak 29 orang.
Sebanyak 384 korban meninggal dunia saat ini tersebar di enam rumah sakit (RS). Di antaranya 10 korban di RS Wirabuana, 50 korban di RS Masjid Raya, 161 di RS Bhayangkara, 20 di RS Pantoloan Induk, 2 di Kayumalue Pakejo, dan 141 di RS Undata Mamboro Palu.