REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menegaskan, pemerintah tengah mengonsolidasikan dan menggerakkan seluruh sumber daya untuk mengatasi bencana gempa dan tsunami di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng). Menurut dia, dua faktor yang menjadi perhatian adalah suplai listrik dan komunikasi.
"Kominfo menginformasikan bahwa 276 BTS (Base Transceiver Station) di Sulteng tak bisa berfungsi karena ketiadaan suplai listrik. Suplai listrik mati setelah terjadi gempa," kata Moeldoko dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (29/9).
Saat ini, Kementerian Kominfo telah mengirimkan telepon satelit ke lokasi. Hal itu dilakukan untuk memperlancar arus komunikasi di daerah terdampak.
Moeldoko mengimbau, masyarakat tetap tenang dan terus memantau informasi gempa dan tsunami di Sulteng. Ia mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah mendapatkan laporan awal dan memerintahkan koordinasi yang cepat.
"Siagakan seluruh sumber daya kita untuk membantu masyarakat yang menjadi korban maupun keluarganya," demikian perintah Presiden Jokowi, kata Moeldoko.
Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), tsunami menerjang Kota Palu pada Jumat (28/9). Berdasarkan saksi mata dan stasiun BMKG, terjadi tsunami setinggi 1.5 m dikarenakan di daerah tersebut berbentuk teluk sehingga lebih tinggi apabila terjadi kenaikan muka laut.
Kondisi ini telah diinformasikan oleh BMKG pada sore hari bahwa terjadi potensi tsunami 0,5 m-3m (siaga) sementara di Mamuju terjadi kenaikan muka laut setinggi 6 cm dan BMKG pun telah memberikan peringatan level ketinggian tsunami sebelumnya.