REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Ribuan orang yang mengungsi di tempat ketinggian pada Jumat malam (28/9), pada Sabtu pagi mulai berbondong-bondong kembali ke rumah masing-masing pascagempa dan tsunami yang melanda Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Warga Kota yang juga wartawan Antara di Palu Rolex Malaha, menceritakan warga yang semalam mengungsi di lereng perbukitan sebelah timur Kota Palu mulai subuh dini hari berangsur-angsur kembali ke rumah setelah memastikan kondisi pascagempa mulai pulih.
"Saya bersama istri, anak dan cucu saat terjadi gempa yang kedua kalinya langsung segera mengungsi ke tempat tinggi di Kelurahan Karatuna, Kota Palu bagian timur. Saat itu banyak warga dalam kondisi kepanikan berusaha lari ke tempat ketinggian dan semalam tidur di halaman rumah warga dan jalan di lereng-lereng bukit," ujarnya.
Rolex manceritakan saat terjadi gempa pertama dengan guncangan yang tidak terlalu kuat, dirinya sempat meliput suasana Kota Palu dan menyiarkan berita dari Kantor LKBN Antara Kota Palu. Namun saat terjadi gempa kedua kalinya dengan guncangan yang sangat keras, ia bersama dua pewarta lain dari LKBN Antara Palu yang masih bekerja di kantor langsung berusaha menyelamatkan diri.
"Saat terjadi gempa yang kedua kali, saya berusaha berlindung di bawah meja, begitu karyawan lain berusaha keluar gedung kantor untuk menghindar dari reruntuhan bangunan, tapi bangunan kantor kami hanya retak-retak, kecuali pagar kantor yang rebah," ujarnya.
Di saat susana gempa yang kedua itu, kata Rolex, dirinya terus berusaha keluar dari kantor dengan suasana panik masih sempat memotret keadaan di jalan raya, dan dengan telepon genggam sempat mengirimkan gambar foto tersebut ke grup Whatsapp, setelah semua jaringan telepon terputus.
"Saat jaringan Telkom putus, kami terpaksa kehilangan kontak dengan orang-orang, dan saya berusaha menemui keluarga yang kebetulan rumah kami berada sekitar 700 meter dari kantor, untuk segera mengungsi di tempat ketinggian karena saat itu ada kabar akan terjadi tsunami. Sampai pagi hari ini, kami baru tahu tsunami terjadi di pantai Kota Palu," ujarnya.
Ia juga menceritakaan saat berusaha menyelematkan diri dan keluarganya untuk mengungsi di tempat kentinggian, sempat melihat beberapa bangunan roboh, seperti swalayan Alfamidi di Jalan Garuda, pesantren, dan mal. "Begitu juga jalan raya rusak karena retak-retak dan terbelah akibat gempa," ujarnya.
Ia juga mengatakan saat terjadi pengungsian di perbukitan, sebagian tidur di jalanan dan halaman rumah penduduk dan tidak makan karena tidak ada persediaan makanan, Kalau pun ada warung yang menjual bahan makanan habis ludes terjual.
Ia juga mengatakan, ada bantuan Basarnas dengan membangun tenda-tenda pengungsian, tetapi tidak cukup menampung ribuan warga. Ia berharap pihak-pihak terkait agar segera memberikan bantuan kepada korban gempa tersebut, terutama bantuan makanan dan obat-obatan karena kondisi warga umumnya masih panik dan trauma.
Gempa bumi dengan kekuatan 7,7 pada Skala Richter yang kemudian dimutakhirkan oleh BMKG menjadi magnitudo 7,4 mengguncang wilayah Kota Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9) petang sekitar pukul 18.02 Wita. Berdasarkan konfirmasi kepada BMKG bahwa pusat gempa berada pada 10 kilometer pada 27 kilometer timur laut Donggala, Sulawesi Tengah.
Gempa bumi berpotensi tsunami. BMKG telah mengaktivasi peringatan dini tsunami dengan status Siaga (tinggi potensi tsunami 0,5 hingga 3 meter) di Pantai Donggala bagian barat dan status Waspada (tinggi potensi tsunami kurang dari 0,5 meter) di pantai Donggala bagian utara, Mamuju bagian Utara dan Kota Palu bagian Barat.
BMKG telah mengakhiri peringatan dini tsunami sejak Jumat petang pukul 19.36 WITA, dan tsunami menerjang pantai. Posko BNPB juga telah mengonfirmasi ke BPBD tsunami telah menerjang pantai Talise di Kota Palu dan pantai di Donggala.
Beberapa video yang didokumentasikan masyarakat dan disebarkan di media sosial mengenai tsunami di Kota Palu dan Donggala adalah benar. Gempa tsunami menimbulkan korban jiwa.
"Laporan sementara, terdapat beberapa korban yang meninggal karena tertimpa bangunan roboh. Tsunami juga menerjang beberapa permukiman dan bangunan yang ada di pantai. Jumlah korban dan dampaknya masih dalam pendataan," kata Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Baca juga: Saat Tsunami Terjang Palu dan Donggala