REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menilai, dukungan kepala daerah kepada pasanga calon presiden dan wakil presiden tak akan berpengaruh signifikan dalam meraih suara. Menurut dia, dalam sejarah pemilihan umum (pemilu) langsung, tak ada keterkaitan langsung antara kemenangan partai di daerah dan suara nasional.
Ia menjelaskan, sejak 2005 Partai Golkar memiliki banyak suara di daerah dengan banyak kadernya yang memenangi pemilihan kepala daerah (pilkada). Namun, kata dia, calon presiden dan wakil presiden yang diusung partai Golkar belum pernah memenangi pemilihan umum presiden (pilpres).
"Sejak 2005 Golkar paling banyak menang. Namun Golkar belum pernah menang di pilpres," kata dia di Kantor Indikator Politil Indonesia, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (26/9).
Meski begitu, ia mengakui, bukan berarti kepala daerah tak punya kekuatan untuk mendulang suara. Menurut dia, kepala daerah bisa berkontribusi, tapi dampaknya tak akan terlalu besar.
Burhanuddin berpendapat, sebelumnya dukungan kepala daerah tidak diorkestrasi dengan baik. Karena itu, tak banyak masyarakat yang mengikuti pilihan kepala daerahnya."Kepala daerah yang deklarasi jangan gembira dulu," kata dia.
Saat ini, kata dia, ada beberapa kepala daerah yang melawan arus dukungan mayoritas di wilayahnya masing-masing. Beberapa daerah itu antata lain Sumatera Barat maupun Jawa Barat yang telah menyatakan dukungan untuk pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Padahal, pada 2014 tiga daerah itu merupakan lumbung suara bagi Prabowo Subianto.
"Kalau misalkan yang menang (di daerah itu) tetap Prabowo, artinya deklarasi mendapatkan perlawanan dari masyarakatnya. Bisa juga justru mendapatkan dukungan masyarakat. Itu yang kita tunggu," kata dia.