Selasa 25 Sep 2018 08:32 WIB

Berebut Suara Milenial di Pemilu 2019

KPU gandeng Kikan, Prabowo-Sandi narasikan pro inovasi, PSI gunakan video biskuit.

Rep: Rizky Suryarandika, Mimi Kartika, Bayu Adji P, Dedy Darmawan Nasution, Febrianto Adi Saputro, Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ratna Puspita
Sejumlah orang yang tergabung dalam Poros Indonesia Muda menggelar aksi pelepasan balon harapan generasi muda di depan Gedung KPU, Jakarta, Rabu (1/8).
Foto:
Ilustrasi Media Sosial

Media Sosial dan Muslim Modern

Ikram menjelaskan interaksi generasi milenial di internet, khususnya media sosial, dapat memengaruhi pilihan politik. “Dulu, baca koran enggak ubah sikap, tetapi ada lembaga komunal masyarakat. Sekarang medsos bisa pengaruhi sikap politik mereka,” kata dia.

Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menyebutkan milenial sebagai kelompok yang punya kesempatan lebih besar untuk mengakses media sosial. Jika menilik pola akses media, Joko Widodo lebih banyak diuntungkan karena memiliki follower lebih banyak dibandingkan Prabowo Subianto.

Qodari menyebutkan follower atau pengikut Jokowi di Twitter berjumlah 10,4 juta, sedangkan Prabowo hanya 3,3 juta. Untuk wakil, Sandiaga Uno yang memiliki 1 juta pengikut unggul dibandingkan Ma’ruf Amin dengan delapan ribu followers.

Qodari menyebutkan Jokowi juga unggul di Instagram dengan 12,1 juta pengikut, sedangkan Prabowo memiliki 1,6 juta followers. “(Di Instagram) Sandi 2 juta, Ma'ruf Amin 4 ribu. Jadi, jomplang sekali. Jadi, kalau lihat ini, presiden siapa yang lebih milenial? Jokowi, kalau cawapres Sandi,” kata dia. 

Baca Juga: LSI: Prabowo-Sandiaga Disukai Pengguna Instagram dan Twitter

Namun, Qodari mengingatkan, Jokowi belum mampu memperoleh simpati dari kalangan Muslim berpandangan modern. "Jokowi lemah di isu Islam, lawan paling keras di sana. Bukan semua Islam. Ada Islam tradisional dan modernis. Jokowi lemah di modernis," kata dia.

Terkait Islam modern pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Adi prayitno menjelaskan keberadaan kelompok generasi Muslim tanpa Masjid. Ia mengatakan generasi Muslim tanpa masjid, yakni kalangan milenial atau berusia 17-35 tahun yang belajar Islam bukan dari lembaga formal.

“Belajar agama dari Youtubefilm, dia yakini sebagai suatu kebenaran," katanya pada wartawan dalam diskusi di Jakarta, Senin (24/9).

Ia menilai pilihan politik kelompok itu lebih sulit diprediksi. Bahkan ia tak memungkiri pilihan politik kelompok tersebut baru bisa terungkap jelang waktu akhir pemilihan.

"Preferensi politik beda, cenderung liar. Tentukan pilihan jelang menit terakhir," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement