Senin 24 Sep 2018 13:18 WIB

NTB Gencarkan Fogging Antisipasi Malaria

Dari 8.219 total sampel pemeriksan darah yang dilakukan 184 dinyatakan positif.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Gita Amanda
 Petugas melakukan pengasapan (fogging). (Ilustrasi)
Petugas melakukan pengasapan (fogging). (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan NTB Marjito mengatakan, Dinas Kesehatan NTB telah mengeluarkan surat edaran kepada Dinas Kesehatan kabupaten/kota terdampak bencana gempa untuk melakukan fogging atau pengasapan. Ini dilakukan sebagai antisipasi penyebaran penyakit malaria dan demam berdarah.

Dia menyampaikan, setiap Dinas Kesehatan di kabupaten/kota telah memiliki logistik untuk melakukan pengasapan. Marjito menyebutkan, warga yang positif terjangkit malaria terbanyak berada di wilayah kerja Puskesmas Penimbung.

Ia menjelaskan, model pemeriksaan dilakukan dengan metode Mass Blood Survey (MBS) secara mikroskopis bukan dengan Rapid Diagnostic Test karena stok RDT tidak tersedia. Kendati begitu, Marjito menyampaikan pemeriksaan dengan mikroskop sudah sesuai standar.

"Kita sudah menangani. Kita menemukan kasus sebanyak mungkin melalui pemeriksaan darah seluruh warga yang ada di wilayah tersebut," ujar Marjito di Mataram, NTB, Senin (24/9).

Ia menyampaikan, dari 8.219 total sampel pemeriksan darah yang dilakukan, 184 di antaranya dinyatakan positif malaria. Meski tidak menampik adanya kemungkinan peningkatan warga positif malaria, dia menilai tren pertumbuhannya mengalami penurunan.

"Kemarin dari 200 sampel hanya dua orang yang positif," lanjutnya.

Untuk kasus demam berdarah, kata dia, hanya ada tujuh kasus yang menjangkiti warga di Alas, Kabupaten Sumbawa. Sedangkan di Pulau Lombok belum ada laporan.

"Alhamdulilah kita didukung pemerintah pusat, kita sudah dikirimkan 2 ribu kelambu dari permintaan kita 5 ribu. sudah didistribusikan untuk Lombok Barat 1.500 kelambu dan juga obat-obatan," kata dia.

Sementara untuk Lombok Utara, dari dua kasus malaria yang ditemukan saat awal pascagempa, kata dia, belum ada penambahan kasus hingga saat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement