Sabtu 22 Sep 2018 23:18 WIB

Kepala BNPT: Aksi Teror Bukan Rekayasa

Perlu informasi yang benar agar mengetahui kejadian teror secara utuh.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Suhardi Alius
Foto: Republika TV/Fakhtar Khairon
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Suhardi Alius

REPUBLIKA.CO.ID. JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius menegaskan, aksi teror yang beberapa kali terjadi bukanlah hasil rekayasa sebagaimana dipropagandakan di media sosial. Aksi teror dengan mengorbankan orang begitu banyak sangat tidak masuk akal.

"Bapak-bapak dan ibu-ibu ini termakan hoaks juga karena mendapatkan info tersebut dari media sosial," kata Suhardi dalam Silaturahmi Nasional Forum Komunikasi dan Konsultasi Badan Pembina Rohani Islam Nasional yang diikuti para pembina rohani Islam dari kantor kementerian/nonkementerian, TNI/Polri, dan BUMN, Sabtu.

Menurut Suhardi, perlu informasi atau berita yang benar dan pemahaman yang cukup untuk mengetahui kejadian teror itu secara utuh, terutama bagi mereka yang menjadi panutan publik.

Suhardi berharap informasi dan masukan yang ia sampaikan membuat pembina rohani Islam mempunyai pengetahuan yang cukup untuk dibagikan di lingkungan tempat kerja masing-masing. "Supaya tetap sejuk. Kita jalankan ajaran kita dengan baik, tapi juga tidak melupakan kebinekaan yang kita miliki dan jati diri bangsa kita ini," kata mantan Sekretaris Utama Lemhanas RI ini.

Ketua Umum Forum Komunikasi dan Konsultasi Badan Pembina Rohani Islam Nasional Prof KH Ridwan Muhammad Yusuf mengatakan, anggapan bahwa aksi teror merupakan rekayasa memang harus diluruskan.

Ia berharap seluruh organisasi umat Islam, apapun bentuknya, memahami cara menghalau radikalisme dan terorisme agar tidak memasuki organisasi masing-masing.

"Karena radikalisme, terorisme itu bisa menghancurkan kita. Tidak ada ajaran agama yang mengarah kepada kekerasan yang seperti itu," katanya

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement