Rabu 19 Sep 2018 09:06 WIB

Rupiah dan Sektor Pertanian

Kontribusi impor pertanian terhadap total impor Indonesia masih rendah.

Buah stroberi.
Foto:
Pekerja sedang melakukan bongkar muatan daging sapi impor di gudang Bulog, Jakarta, Kamis (9/6). Impor sapi tercatat masih tinggi. (Republika/Tahta Aidilla)

Sapi hidup segar dan produk susu selama 2012-2017 memiliki tren peningkatan defisit neraca perdagangan dengan persen perubahan melebihi 100 persen, yaitu dari 138 persen dan 298,2 persen. Konsumsi impor Indonesia yang tinggi atas sapi hidup dan produk susu memengaruhi peningkatan defisit neraca perdagangan di sektor peternakan. Subsektor hortikultura juga memiliki neraca perdagangan negatif selama 2012-2017.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian (2018), produk hortikultura bawang putih segar dan apel memiliki defisit neraca perdagangan selama periode itu. Bawang putih, pada 2012 defisit 242,3 juta dolar AS dan meningkat menjadi 582,6 juta dolar AS pada 2017.

Apel segar, peningkatan defisit neraca perdagangan selama periode tersebut 84,9 persen (dari 170,5 juta dolar AS menjadi 315,2 juta dolar AS). Pada subsektor hortikultura, komoditas yang konsisten memiliki neraca perdagangan positif selama 2012-2017 adalah nanas.

Nanas olahan adalah produk hortikultura Indonesia yang berpotensi tinggi di pasar internasional. Pada 2012, neraca perdagangan nanas olahan surplus 176,2 juta dolar AS dan meningkat menjadi 236,1 juta dolar AS atau meningkat 34 persen.

Berdasarkan uraian di atas, untuk mencapai surplus perdagangan di sektor pertanian bisa dengan cara mendorong ekspor di subsektor perkebunan, perikanan, dan horikultura (terutama buah-buahan eksotik Indonesia).

Mengingat ekspor di subsektor perkebunan sangat bergantung pada produk kelapa sawit, perlu dukungan pemerintah terutama terkait masalah lingkungan yang sering menjadi isu dalam perdagangan kelapa sawit di pasar internasional.

Untuk menekan impor, kebijakan substitusi impor dapat difokuskan pada subsektor pangan, peternakan, dan hortikultura. Terobosan peningkatan produktivitas pada subsektor yang mengalami defisit perlu menjadi fokus perhatian pemerintah.

Program Pajale (peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai) yang selama ini dijalankan pemerintah perlu dievaluasi efektivitasnya, apakah memang bisa meningkatkan produktivitas ketiga komoditas itu mengingat defisit neraca perdagangan pada kedelai masih tinggi.

Diversifikasi pangan juga bisa menjadi solusi, misalnya melalui promosi penggunaan pangan lokal (umbi-umbian) sebagai alternatif karbohidrat, promosi buah lokal untuk mengurangi buah impor, dan penggunaan protein dari ikan untuk mengurangi konsumsi daging sapi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement