Rabu 19 Sep 2018 09:06 WIB

Rupiah dan Sektor Pertanian

Kontribusi impor pertanian terhadap total impor Indonesia masih rendah.

Buah stroberi.
Foto:
Sebuah kapal tanker pengangkut minyak kelapa sawit bersiap sandar di Dermaga B Pelabuhan Pelindo I Dumai di kota Dumai, Dumai, Riau, Selasa (4/9). Ekspor kelapa sawit mengalami kesulitan menyusul tindakan Uni Eropa yang melarang penjualan produk ini dari Indonesia.

Dilihat berdasarkan kontribusinya, subsektor tanaman pangan memiliki kontribusi tertinggi terhadap total volume impor pertanian. Rata-rata kontribusi subsektor tersebut selama 2012-2017 sekitar 69,7 persen.

Sebesar 17,6 persen, 6 persen, dan 5,4 persen total volume impor pertanian disumbang subsektor perkebunan, hortikultura, dan peternakan. Subsektor hasil perikanan memberikan kontribusi terkecil bagi total volume impor pertanian, yaitu 1,2 persen.

Berdasarkan gambaran ekspor dan impor di atas, terdapat dua subsektor pertanian yang memiliki rata-rata neraca perdagangan positif pada 2012-2017, yaitu perkebunan dan hasil perikanan. Untuk perkebunan didukung ekspor komoditas tradisional, seperti kelapa sawit (segar), kelapa sawit (olahan), dan karet.

Dari ketiga produk tersebut, karet (olahan) memiliki nilai neraca perdagangan positif, tapi dengan tren menurun (35 persen). Sedangkan, untuk kelapa sawit segar dan olahan, keduanya memiliki tren kenaikan neraca perdagangan.

Kelapa sawit segar memiliki tren pertumbuhan sebesar 2,7 persen pada periode 2012-2017. Kelapa sawit olahan mengalami pertumbuhan 81 persen, yakni dari 1.506,7 juta dolar AS pada 2012 menjadi 2.727 juta dolar AS pada 2017.

Pada subsektor perikanan, berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (2018), komoditas ekspor utama perikanan 2012-2017 adalah udang, tuna-tongkol-cakalang (TTC), rajungan-kepiting (RK), cumi-sotong-gurita (CST), dan rumput laut (RL).

Udang memiliki nilai ekspor yang meningkat selama 2012-2017, dengan pertumbuhan ekspor rata-rata per tahun 10,4 persen. Komoditas CST menjadi komoditas perikanan yang memiliki kenaikan ekspor rata-rata per tahun tertinggi, yaitu sekitar 21,4 persen.

Sedangkan kenaikan ekspor rata-rata per tahun untuk RK dan RL masing-masing 6,15 persen dan 6,02 persen. TTC mengalami penurunan ekspor rata-rata 1,9 persen per tahun. Selama periode 2012-2017, subsektor tanaman pangan dan peternakan adalah dua sektor yang memiliki defisit neraca perdagangan tertinggi. Pada subsektor tanaman pangan, kedelai segar, dan kedelai olahan serta gandum memiliki defisit neraca perdagangan paling tinggi.

Pada subsektor peternakan, komoditas dengan neraca perdagangan defisit tertinggi selama 2012-2017 adalah sapi hidup segar, pakan hewan olahan, dan produk susu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement